Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tarif Impor Diberlakukan, Defisit Anggaran AS Justru Menggelembung

Defisit anggaran Amerika Serikat (AS) membengkak selama delapan bulan pertama tahun fiskal berjalan, meskipun ada peningkatan pendapatan dari tarif untuk barang-barang impor.

Bisnis.com, JAKARTA – Defisit anggaran Amerika Serikat (AS) membengkak selama delapan bulan pertama tahun fiskal berjalan, meskipun ada peningkatan pendapatan dari tarif untuk barang-barang impor.

Dalam ulasan anggaran bulanan yang dirilis pada Rabu (12/6/2019) waktu setempat, Departemen Keuangan AS melaporkan defisit anggaran AS melebar menjadi US$738,6 miliar selama delapan bulan pertama tahun fiskal atau naik US$206 miliar dari tahun sebelumnya.

“Shortfall tercatat 38,8 persen lebih dari periode yang sama tahun lalu,” papar Departemen Keuangan dalam ulasannya, seperti dilansir dari Bloomberg.

Sementara itu pada Mei, defisit fiskal meningkat menjadi US$207,8 miliar atau naik 41,5 persen dari bulan yang sama tahun lalu. Angka ini lebih besar dari perkiraan dalam survei ekonom Bloomberg yakni US$202,5 miliar.

Sepanjang tahun fiskal yang dimulai 1 Oktober 2018, peningkatan pendapatan sebesar 2,3 persen belum sejalan dengan kenaikan pengeluaran sebesar 9,3 persen.

Ketika pemerintahan Presiden Donald Trump meningkatkan perang dagang dengan China melalui pengenaan tarif impor yang lebih tinggi terhadap negara Asia tersebut, AS mencatatkan US$4,9 miliar dalam bea cukai pada Mei.

Angka tersebut menjadikan total penerimaan menjadi US$44,9 miliar selama delapan bulan pertama tahun fiskal atau hampir dua kali lipat dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Trump telah berulang kali sesumbar bahwa AS menerima miliaran dolar melalui tarif yang diberlakukannya, meskipun importir di Amerika yang membayarkan pajak.

Kendati demikian, dana tambahan itu gagal menghindari pembengkakan defisit anggaran di bawah pemerintahan Trump. Hal ini didorong oleh kombinasi pemotongan pajak yang akan menambah sekitar US$1,5 triliun selama satu dekade dan meningkatnya pengeluaran pemerintah.

Defisit anggaran pun diproyeksikan akan mencapai US$897 miliar tahun fiskal ini dari US$779 miliar tahun lalu, dan akan meningkat menjadi lebih dari US$1 triliun pada tahun fiskal 2022, menurut Kantor Anggaran Kongres.

Sementara itu, pihak Gedung Putih telah menyatakan bahwa langkah pemotongan pajak akan terbayarkan dengan menciptakan lebih banyak pendapatan melalui pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper