Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manufaktur Jerman Lesu, Ekonomi Eropa Dikhawatirkan Memburuk

Ekonomi eropa dinilai kian memburuk setelah produksi industri di Jerman, negara dengan ekonomi terbesar di Eropa, anjlok.
Manufaktur Jerman./.Reuters
Manufaktur Jerman./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi eropa dinilai kian memburuk setelah produksi industri di Jerman, negara dengan ekonomi terbesar di Eropa tersebut anjlok.

Dikutip dari Bloomberg, Jumat (7/6/2019), produksi industri Jerman pada April 2019 dilaporkan anjlok dan menjadi yang terburuk dalam kurun waktu empat tahun terakhir.

Pada saat yang sama, bank sentral negara tersebut memberikan penilaian yang suram terhadap prospeknya sehingga menunjukkan kondisi kemerosotan yang terus-menerus terjadi di negara tersebut.

Kondisi itu dipengaruhi oleh tensi perdagangan, penjualan mobil yang melemah, dan permintaan global yang menurun sehingga membebani ekspor.

Dengan situasi tersebut, pejabat di European Central Bank (ECB) mulai khawatir pelemahan tersebut bakal berdampak ke sektor lain dari ekonomi kawasan. Pasalnya, sejauh ini sektor jasa harus menopang pertumbuhan.

“Isu kuncinya adalah: berapa lama sisi perekonomian lain dapat dihindarkan dari sektor manufaktur yang terus melemah? Saya pikir itulah yang ada dalam pikiran pemangku kebijakan,” kata Presiden ECB Mario Draghi ketika menyimpulkan kondisi tersebut setelah mengumumkan langkah-langkah baru untuk mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan.

Dalam sebuah survei baru-baru ini, pembuat kebijakan di Eropa sebenarnya hanya memiliki sedikit kabar baik untuk dijadikan pegangan. Kendati beberapa ukuran kepercayaan telah naik, survei hanya menunjukkan pertumbuhan moderat, dan ukuran pasar terkait ekspektasi inflasi telah jatuh ke rekor terendah.

Ekspansi di Jerman dan kawasan Eropa sebenarnya tumbuh lebih kuat dari yang diharapkan pada awal tahun. Namun, laju itu diperkirakan akan turun pada kuartal ini.

Untuk setahun penuh, para ekonom memperkirakan pertumbuhan 1,2% untuk blok mata uang, turun dari 1,9% pada 2018 dan merupakan yang terlemah sejak 2013.

Investor yang terus melihat prospek yang buruk untuk wilayah ini pun memicu permintaan untuk keamanan surat utang. Kondisi itu mendorong dengan kuat imbal hasil utang 10-tahun Jerman di bawah nol.

Banyak investor juga mempertanyakan langkah apa yang dapat dilakukan ECB, mengingat suku bunga berada pada rekor terendah dan menghadapi ketentuan batasan utang.

“Pasar berpikir keadaan mungkin akan menjadi lebih buruk dan karena itu mereka mungkin harus melonggarkan kebijakan lebih lanjut,” kata John Wraith, seorang analis di UBS, di Bloomberg Television.

Kendati begitu, dalam sebuah wawancara, anggota Governing Council ECB Vitas Vasiliauskas mengatakan prospek inflasi di kawasan Eropa ‘tidak buruk’. Ppembuat kebijakan, jelasnya, tidak akan terburu-buru melakukan tindakan apa pun.

“Informasi sangat beragam, dan saya akan mengatakan pendekatan yang tepat hanya menunggu, karena semuanya berubah sangat cepat,” tegasnya..

Seperti diketahui, tidak lama setelah laporan industri Jerman dipublikasikan, Bundesbank, bank sentral Jerman, mengeluarkan penilaian ekonomi terbaru dan memotong proyeksi 2019 dari 1,6% menjadi 0,6%.

“Setelah periode booming, ekonomi di Jerman saat ini terasa dingin. Industri menderita akibat lesunya perkembangan ekspor,” demikian laporan bank sentral.

Presiden Bundesbank Jens Weidmann memberikan nada yang lebih positif dengan prediksi bahwa pada paruh kedua 2019 kondisi ekonomi akan lebih baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Akhirul Anwar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper