Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Sereal di Luar Perkiraan, Indeks FAO Naik

Organisasi Pangan dan Pertanian dunia (FAO) memperingatkan produksi sereal global yang sebelumnya diprediksikan melonjak pada 2019 menghadapi tantangan dari penurunan tajam panen jagung di Amerika Serikat.
Sereal/boldsky.com
Sereal/boldsky.com

Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Pangan dan Pertanian dunia (FAO) memperingatkan produksi sereal global yang sebelumnya diprediksikan melonjak pada 2019, menghadapi tantangan dari penurunan tajam panen jagung di Amerika Serikat.

Produksi jagung AS diperkirakan akan menyusut 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya dengan musim penanaman yang jauh berkurang akibat kondisi cuaca yang tidak menguntungkan.

Indeks harga makanan FAO, yang mengukur perubahan bulanan untuk sereal, biji minyak, produk susu, daging dan gula, rata-rata berada di level tertinggi di 172,4, poin pada Mei dibandingkan dengan 170,3 poin dibandingkan pada April.

Indeks harga susu FAO melonjak 5,2 persen dibandingkan April, mendekati yang tertinggi dalam 5 tahun. Sedangkan permintaan global keju membantu menaikkan indeks karena kekeringan di Oceania membatasi prospek ekspor kawasan itu.

Indeks harga sereal FAO naik 1,4 persen karena lonjakan tiba-tiba dalam harga jagung karena banjir dan hujan.

Sebaliknya, indeks gula turun 3,2 persen untuk bulan itu, dan indeks harga sayuran turun 1,1 persen.

Pada semeseter II/2019, FAO memperkirakan produksi sereal dunia akan mencapai 2,685 miliar ton, turun dari perkiraan sebelumnya 2,722 miliar ton tetapi masih naik 1,2 persen dibandingkan pada level 2018, ketika output menurun.

"Peningkatan produksi sereal global dari tahun ke tahun mencerminkan ekspansi produksi tepung dan gandum sedangkan produksi beras global kemungkinan akan tetap mendekati level rekor tahun lalu," kata FAO seperti yang dilansir Reuters Kamis (6/6/2019).

Otoritas AS mengatakan stok sereal dunia untuk produksi dan pemanfaatan dapat turun sebanyak 3 persen pada musim baru, mencapai level terendah empat tahun 830 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Tegar Arief

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper