Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China: Perang Dagang tak Mebuat AS Hebat

Meningkatnya perang dagang Washington dengan Beijing akan menggagalkan program "membuat Amerika hebat lagi" dan sebaliknya telah malah merusak ekonomi negara itu sendiri.
Perang dagang AS-China/istimewa
Perang dagang AS-China/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Meningkatnya perang dagang Washington dengan Beijing akan menggagalkan program "membuat Amerika hebat lagi" dan sebaliknya telah malah merusak ekonomi negara itu sendiri.

China menyataan hal itu meski bersedia untuk menyelesaikan perang dagang dengan AS melalui perundigan. Hanya tidak akan ada kompromi pada hal-hal yang prinsipil.

Retorika dari pemeritahan China itu muncul setelah pembicaraan perdagangan Chia-AS gagal sehingga memicu perselisihan dalam beberapa pekan terakhir. Presiden AS Donald Trump sebelumnya memberlakukan tarif baru pada atas impor dari China dan memasukkan perusahaan telekomunikasi China, Huawei ke dalam daftar hitam karena alasan masalah keamanan nasional.

"Langkah-langkah tarif (AS) belum mendorong pertumbuhan ekonomi Amerika Sekirat, sebaliknya mereka telah melakukan kerusakan serius terhadap ekonomi AS," menurut pernyataan pemerintah China seperti dikutip ChannelwsAsia.com, Senin (3/6/2019).

Pernyataan itu merujuk pada apa yang digambarkan sebagai peningkatan biaya produksi dan harga konsumen di Amerika Serikat dan ancaman terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kementerian Pertahanan China merilis pernyataan lewat ‘buku putih’ itu sehar setelah memberlakukan tarif impor atas barang-barang AS senilai US$60 miliar atau naik mulai dari lima hingga 25 persen, sebagai balasan atas Washington menaikkan bea atas barang-barang China senilai US$200 miliar menjadi 25 persen.

Washington dan Beijing memulai kembali pertempuran dagang mereka bulan lalu ketika putaran terakhir perundingan berakhir tanpa kesepakatan. Para perunding Amerika Serikat menuduh rekan-rekan China mereka telah mengingkari komitmen sebelumnya.

Akan tetapi China mengatakan bahwa AS harus memikul "tanggung jawab tunggal dan seluruh" atas gangguan itu dan menuduh Washington berulang kali mengubah tuntutannya dan membuat tuduhan "sembrono" tentang perilaku Beijing selama negosiasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper