Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lagu "Trade War" Mendadak Viral di China

Sebuah lagu gubahan seorang pengguna media sosial China yang mengangkat tema perang dagang menjadi viral di tengah sentimen anti-Amerika Serikat yang terus tumbuh.
Presiden China Xi Jinping (kanan) berinteraksi dengan Presiden AS Donald Trump didampingi Melania Trump. (Reuters)
Presiden China Xi Jinping (kanan) berinteraksi dengan Presiden AS Donald Trump didampingi Melania Trump. (Reuters)

Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah lagu gubahan seorang pengguna media sosial China yang mengangkat tema perang dagang menjadi viral di tengah sentimen anti-Amerika Serikat (AS) yang terus tumbuh.

"Jika pelaku ingin bertarung, kita akan mengalahkannya," berikut cuplikan lirik dari lagu yang sudah mencapai 100.000 views melalui media sosial WeChat, dikutip melalui Bloomberg, Selasa (21/5/2019).

Lagu ini hanyalah satu dari tanda merebaknya sentimen anti-AS pada media sosial China setelah perundingan dagang terganggu perang tarif pekan lalu.

Media pemerintah telah memuat komentar yang menyerukan perlawanan terpadu terhadap tekanan asing, termasuk editorial dari Global Times yang menyebut perang dagang sebagai perang rakyat dan ancaman bagi seluruh China.

Lagu berjudul "Trade War" ini mengaplikasikan nada yang sama seperti lagu anti-Jepang yang pernah beredar pada era 1960-an, yang populer melalui film "Tunnel War", yang menceritakan sebuah kota di China berusaha mempertahankan diri dari penjajahan.

Lirik lagu tersebut dimulai dengan paduan suara laki-laki menyerukan “Perang dagang! Perang dagang! Tidak takut dengan tantangan yang keterlaluan! Tidak takut dengan tantangan yang keterlaluan! Perang dagang sedang terjadi di Samudra Pasifik!”

“Saya memilih 'Tunnel War' karena itu mengingatkan pada situasi yang sama yang dihadapi China hari ini. Sejak perang dagang pecah, saya merasakan dorongan untuk melakukan sesuatu," kata produser dan penulis lirik lagu, Zhao Liangtian.

Zhao adalah seorang pensiunan pejabat di daerah Yanting, di provinsi Sichuan, China barat daya. Dia juga anggota terakreditasi dari Institut Puisi Cina, yang berafiliasi dengan departemen propaganda Partai Komunis.

Zhao menulis lirik lagu tersebut sejak tahun lalu dan mengedarkannya secara online, tetapi lagu tersebut seperti ditelan bumi hingga negosiasi dagang berubah kacau.

Dia mengatakan beberapa puisi anti-AS yang dia tulis telah disensor oleh otoritas di masa lalu.

Dia membayar 1.600 yuan, sekitar US$232, atau sepertiga dari gaji bulanannya, untuk memproduksi lagu tersebut.

"Saya telah menerima banyak panggilan telepon dalam beberapa hari terakhir dari orang-orang untuk menunjukkan dukungan untuk pekerjaan saya," kata Zhao.

Sebuah analisis dari Kantor Berita Xinhua milik negara, yang diterbitkan ulang secara luas pada seluruh media domestik, mengatakan bahwa China telah menunjukkan pedangnya untuk melawan AS.

"Kami terpaksa untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dan bersiap untuk menghadapi perang yang berlarut-larut," tulis Xinhua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Tegar Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper