Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menkeu Prediksi Episode Perang Dagang Masih Panjang

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China bakal berlangsung cukup lama, sehingga dikhawatirkan berdampak signifikan juga bagi Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan kepada wartawan seusai Infrastructure Summit 2019 di Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat, Jumat (26/4/2019)./Bisnis-Wisnu Wage
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan kepada wartawan seusai Infrastructure Summit 2019 di Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat, Jumat (26/4/2019)./Bisnis-Wisnu Wage

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China bakal berlangsung cukup lama, sehingga dikhawatirkan berdampak signifikan bagi Indonesia.

"Sebenarnya yang harus kita waspadai, ini adalah sinyal bahwa situasi ini tidak akan mereda dalam jangka pendek," ujarnya di Kementerian ESDM, Rabu (15/5/2019).

Pasalnya, lanjut Sri Mulyani, pola konfrontasi yang terlihat sangat head to head, menjadikan kedua negara besar tersebut ketika mencoba secara diplomatis untuk menurunkan tensi, menjadi lebih sulit. "Artinya ketegangan ini akan mewarnai cukup panjang," tegasnya.

Atas hal tersebut, menurutnya sekarang ini kondisi ekonomi berada dalam tekanan global yang sangat serius melalui ketidakpastian. Oleh sebab itu pemerintah memang harus terus waspada melihat aspek domestik saat ini.

Sri Mulyani menegaskan bahwa pengaruh perang dagang ini juga tidak hanya dirasakan oleh Indonesia sendiri akan tetapi berimbas kepada negara-negara lain juga di dunia.

Menurutnya, bagi perdagangan akan sangat dirasakan cukup signifikan penurunannya. "Jelas trade akan slowing down sangat signifikan. Kemarin saja pertumbuhan 4 persen global trade sudah dianggap sangat rendah," ujarnya.

Melihat hal tersebut, maka dipastikan akan mempengaruhi pertumbuhan Indonesia yang diketahui masih sangat bergantung dengan eskpor.

"Ini berarti kita tidak mungkin andalkan ekspor sebagai engine of growth. Tapi positifnya ada banyak barang-barang yang tadinya untuk topang industri kita menjadi tersedia," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Tegar Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper