Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbas Perang Dagang, Investasi China di RI Naik

Plt. Deputi Pengembangan Iklim Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Yuliot menyebut, indikasi adanya relokasi investasi itu dapat dilihat dari kinerja investasi asal China yang naik cukup signifikan.

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah meyakini perang dagang tak hanya memiliki imbas negatif, tetapi juga membuka peluang bagi pertumbuhan terutama dari sisi investasi.

Salah satu peluang yang bisa dimanfaatkan di tengah ketidakpastian global akibat proses negosiasi dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) yang tak kunjung mencapai titik temu adalah potensi peningkatan investasi dan relokasi industri dari China.

Plt. Deputi Pengembangan Iklim Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Yuliot menyebut, indikasi adanya relokasi investasi itu dapat dilihat dari kinerja investasi asal China yang naik cukup signifikan.

Peningkatan investasi ini menurutnya merupakan imbas dari perang dagang yang memaksa investor untuk memecah konsentrasi investasi, yang semula hanya fokus ke China perlahan mulai mencari destinasi alternatif, termasuk Indonesia.

“Investasi China meningkat cukup signifikan. Karena dengan adanya trade war banyak yang mencari alternatif lokasi termasuk ke Indonesia,” ungkap Yuliot kepada Bisnis, Selasa (14/5/2019).

BKPM mencatat, realisasi investasi asal negeri tirai bambu selama kuartal 1/2019 mencapai US$1,15 miliar, naik 71,4 persen dibandingkan realisasi investasi pada kuartal I/2018 senilai US$676,2 juta.

Dengan melihat kinerja investasi tersebut, posisi China pada kuartal 1/2019 menggeser Jepang yang secara tradisional berada di posisi nomor dua negara yang paling besar berinvestasi di Indonesia.

Tak hanya itu, dilihat secara tahunan, investasi asal China juga lebih baik dibandingkan lima tahun belakangan.

Tahun lalu misalnya, walau sedang digempur oleh berbagai kebijakan negatif dari AS, investasi China ke Indonesia bisa bertahan di angka US$2,3 miliar.

Secara jumlah, realisasi 2018 memang lebih rendah dibandingkan 2017 yang mencapai US$3,3 milar atau 2016 US$2,6 miliar, namun jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang hanya US$800 juta atau 2015 senilai US$628,3 juta, kinerja investasi asal China pada 2018 masih jauh lebih baik.

Kendati demimian, Yuliot melihat bahwa kinerja investasi 2018 perlu dipahami dalam kerangka yang lebih utuh.

Menurutnya, di samping sentimen global yang waktu itu memang kurang menguntungkan, realisasi investasi asal China pada 2018 juga banyak tergerus karena isu negatif soal investasi China yang berkembang seiring memanasnya suhu politik nasional pada 2018.

“Tahun politik memang biasanya melambat. [Tetapi] dengan kebijakan investasi yang kompetitif dan perizinan yang lebih efektif, mudah-mudahan investasi dalam negeri maupun asing akan meningkat signifikan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Tegar Arief

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper