Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang Meningkat, Pemerintah Diminta Rutin Perbarui Data Impor

Perang dagang yang bereskalasi seiring dengan penaikan tarif impor Amerika terhadap semua produk China menjadi 25% membuat negara berkembang kena getahnya. Hard commodity seperti besi baja, barang elektronik, garmen, dan produk hilir plastik diproyeksi akan merasakan dampak terbesar.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Perang dagang yang bereskalasi seiring penaikan tarif impor Amerika terhadap semua produk China menjadi 25% membuat negara berkembang kena getahnya. Hard commodity seperti besi baja, barang elektronik, garmen, dan produk hilir plastik diproyeksi akan merasakan dampak terbesar.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiyono menyampaikan bahwa eskalasi perang dagang akan memicu aliran masuk produk impor yang akan menekan setidaknya 115 produk hilih plastik.

"Untuk mengantisipasi kenaikan volume barang impor tersebut, kami meminta agar pemerintah rutin memperbarui data impor. Pasalnya, tahun lalu volume impor produk hilir plastik mencapai 1 juta ton dengan nilai lebih dari US$2,5 miliar," ujarnya, Minggu (12/5/2019).

Fajar memperkirakan jenis produk yang akan membanjiri pasar domestik adalah aksesoris otomotif, houseware berbahan melamin, dan kemasan plastik fleksibel. Fajar memperingatkan agar seluruh pemangku kepentingan tidak terkecoh dengan peningkatan permintaan pada bulan Ramadan dan terus mengawasi perkembangan perang dagang tersebut.

“[Kalau tidak diawasi, ketika] demand balik ke normal, itu baru terasa barang-barang di gudang [tidak berkurang]. Nanti pas tahun ajaran baru, orang fokus ke sekolah, [penurunan] demand-nya baru terasa di Juni—Juli,” katanya.

Selain itu, pemerintah sebaiknya juga melakukan investigasi dan memastikan asal produk yang diimpor dari anggota Asean. Hal tersebut mengingat tidak ada bea masuk antara anggota Asean. “Kami takutnya transit ke Asean. Kan bea masuk dari China masih di atas 5%.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper