Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto udara terowongan kembar pada proyek pembangunan Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (8/5/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Foto udara terowongan kembar pada proyek pembangunan Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (8/5/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA - Setelah dilakukannya “upgrade” dalam infrastructure hardware selama 5 tahun terakhir, pasar dan pelaku bisnis berharap akan diluncurkannya “upgrade” dalam infrastructure software lima tahun berikutnya.

Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean menjelaskan, infrastructure hardware upgrade adalah pencapaian terbesar pemerintah dalam lima tahun terakhir ini.

Capaian yang dimaksud adalah penyediaan dan penyebaran jalan, jembatan, fasilitas irigasi, bandara, pelabuhan, jaringan layanan kereta, layanan sosial, dan komunikasi.

Sedangkan infrastructure software upgrade adalah agenda besar berikutnya yang oleh pelaku bisnis diharapkan dapat diselesaikan lima tahun ke depan. Menurutnya, pelaku bisnis dan pasar memiliki ekspektasi yang sangat tinggi bahwa Indonesia akan melakukan upgrade yang komprehensif dan besar pada aspek infrastructure software.

"Persisnya dalam perbaikan iklim usaha, mobilisasi tabungan dalam negeri, dan reindustrialisasi sektor manufaktur Indonesia," kata Adrian dalam riset yang dipublikasikan, Kamis (9/5/2019).

Menurutnya, terkait ketiga agenda di atas ada lima sasaran yang diharapkan oleh pelaku bisnis bisa segera terselesaikan. Pertama semakin tegaknya kepastian hukum sebagai dasar bagi terciptanya kontrak bisnis yang pasti dan transparan.

Kedua diatasinya ketidakseimbangan kronis antara produktivitas dan biaya tenaga kerja, di mana UU Ketenagakerjaan yang ada saat ini dirasakan telah menciptakan pasar tenaga kerja yang relatif mahal padahal pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sangat rendah.

"Ketiga diatasinya ketergantungan kronis terhadap modal asing, dan keempat diatasinya masalah defisit ganda yakni dari sisi fiskal dan transaksi berjalan yang berkelanjutan," tambahnya.

Sedangkan kelima adalah diatasinya gejala deindustrialisasi prematur di sektor manufaktur, di mana selama satu dekade terakhir laju pertumbuhan sektor industri manufaktur berada dibawah laju pertumbuhan PDB agregat.

"Selama empat dekade terakhir produk ekspor utama Indonesia tetap didominasi oleh resource-related industries. Kesemuanya mengindikasikan gejala deindustrialisasi prematur, dan lambatnya proses diversifikasi," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Tegar Arief
Editor : Tegar Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper