Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sektor Manufaktur Melambat, IHS Markit : Permintaan Domestik Melemah

Purchasing Manager’s Index menunjukkan sektor manufaktur mengalami perlambatan pada April 2019 ke level 50,4 dari 51,2 pada Maret. indeks PMI Nikkei turun tipis 3 basis poin (bps) secara tahunan dari level 50,7.
Presiden Joko Widodo (tengah) mengambil makan saat mengunjungi pabrik sepatu PT KMK Global Sports I, Tangerang, Banten, Selasa (30/4/2019)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo (tengah) mengambil makan saat mengunjungi pabrik sepatu PT KMK Global Sports I, Tangerang, Banten, Selasa (30/4/2019)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA - Purchasing Manager’s Index menunjukkan sektor manufaktur mengalami perlambatan pada April 2019 ke level 50,4 dari 51,2 pada Maret. indeks PMI Nikkei turun tipis 3 basis poin (bps) secara tahunan dari level 50,7.

Principal Economist IHS Markit Bernard Aw mengatakan, perlambatan tersebut disebabkan oleh stagnannya volume pemesanan. Hal tersebut mengindikasikan adanya pelemahan permintaan domestik.

"Pelaku usaha merespons hal tersebut dengan menurunkan kecepatan pembelian mereka. Alhasil, volume stok para pemain pun mengecil," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (7/5/2019).

Namun, indeks PMI tersebut konsisten dengan proyeksi pertumbuhan perekonomian nasional yaitu sedikit di atas 5%. Selain itu, menurutnya, perlambatan ekspansi tersebut kemungkinan bersifat sementara. Pasalnya, para pelaku usaha lokal terus melakukan ekspansi pada operasional produksi.

Bernard mencatat sektor industri terus menyerap tenaga kerja sejak pertengahan 2017. Di samping itu, ujarnya, pelaku usaha terus menambah investasi dalam permesinan.

Di sisi lain, Bernard menolak permintaan global mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Maka dari itu, Bernard menetapkan keyakinan berbuat bisnis di Indonesia di level terapung atau sedikit di atas rata-rata.

Di sisi lain, sektor manufaktur secara global masih dinilai tidak bersemangat. Hal tersebut ditunjukkan oleh turunnya Global Composite Output Index dari 52,7 pada akhir kuartal I/2019 menjadi 52,1 pada awal kuartal II/2019.

J.P. Morgan, IHS Markit, Institute for Supply Management (ISM), dan International Federation of Purchasing and Supply Management (IFPSM) mengeluarkan laporan yang mengatakan bahwa tingkat produksi pada awal kuartal II/2019 tumbuh stagnan dengan pertumbuhan akselerasi pada barang konsumsi.

"Data PMI nasional menunjukkan pertumbuhan terkuat terlihat di Irlandia, Rusia, Amerika Serikat, Spanyol, dan Cina," tulis laporan tersebut, Selasa (7/5/2019).

Laporan tersebut mengatakan hanya sektor barang konsumsi yang tidak mengalami perlambatan ekspansi. Sementara itu, kontraksi ekspansi terjadi pada sektor barang menengah dan barang investasi.

Adapun, indeks permintaan juga melambat dari 52,8 pada akhir kuartal I/2019 menjadi 52,2, sedangkan permintaan ekspor tetap berada di posisi 49,4. Jerman mengalami penurunan permintaan luar negeri, sementara permintaan China dan Amerika Serikat masing-masing turun tipis dan naik tipis.

Namun, indeks ketenagakerjaan tetap tidak berubah pada bulan lalu. Terlebih, indeks ketenagakerjaan berada di titik terendah atau 51,7 sejak 2017. Di samping itu, serapan tenaga kerja di sektor manufaktur tumbuh melambat dan mendekati stagnansi.

"Optimisme bisnis jatuh ke posisi terendah pada April selama 3 tahun ke belakang dengan kepercayaan di sektor manufaktur dan jasa merenggang," nilai laporan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper