Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Performa Manufaktur Indonesia Ungguli Jerman

Indonesia tercatat mengungguli Jerman dalam hal kontribusi sektor manufaktur terhadap produk domestik bruto. Hal ini lantaran penguatan sektor industri pengolahan Indonesia, dan kondisi Jerman yang melemah.
Pekerja di Pabrik Toyota Karawang 2. /TMMIN
Pekerja di Pabrik Toyota Karawang 2. /TMMIN

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia tercatat mengungguli Jerman dalam hal kontribusi sektor manufaktur terhadap produk domestik bruto. Hal ini lantaran penguatan sektor industri pengolahan Indonesia, dan kondisi Jerman yang melemah.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor manufaktur berkontribusi 20,07% terhadap total produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I/2019.

Berdasarkan catatan Bank Dunia, kontribusi sektor manufaktur ke PDB Jerman mencapai 20,7% atau menempati peringkat keempat di negara-negara anggota G20 setelah Jepang (21%), Korea Selatan (27%, dan China (28,8%).

Namun, prestasi Indonesia yang dapat berada di level kontribusi sektor manufaktur yang sama dengan Jerman tidak terlepas dari pelemahan perekonomian Jerman.

IHS Markit mencatat Purchasing Manager’s Index (PMI) Jerman pada awal kuartal II/2019 menunjukkan kondisi para pelaku industri yang kian pesimistis terhadap perekonomian dalam 12 bulan mendatang. Pesimistisme tersebut merupakan yang terendah sejak November 2012.

Principal Economist IHS Markit Phil Smith mengatakan bahwa walaupun PMI Jerman naik tipis 3 basis poin ke level 44,4, pihaknya belum dapat memastikan apakah Jerman sudah keluar dari pelemahan sektor manufaktur yang berlangsung sejak akhir 2017. Menurutnya, salah satu penyebab utama pelemahan performa sektor manufaktur tersebut adalah perlambatan sektor otomotif.

“Tantangan pada industri otomotif terus tertransmisikan ke seluruh sektor manufaktur Jerman seperti industri elektronika, kimia, logam dasar, dan mesin,” jelas Smith dalam keterangan tertulis, Selasa (7/5/2019).

Smith menambahkan, beberapa pelaku usaha juga terlihat memangkas jumlah karyawannya dengan tidak memperbarui kontrak. Phil memproyeksikan akan ada pemutusan kerja massal di Jerman mengingat sebagian pelaku usaha memiliki kelebihan karyawan jika dibandingkan dengan tingkat permintaan saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper