Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Flu Babi Afrika, Harga Daging Meroket

Virus flu babi Afrika berdampak pada langkanya pasokan daging di sejumlah negara. Imbasnya, harga jual daging babi melejit.
Memotong daging/Istimewa
Memotong daging/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Virus flu babi Afrika berdampak pada langkanya pasokan daging di sejumlah negara. Imbasnya, harga jual daging babi melejit.

Di China misalnya, yang sejak wabah tersebut muncul harga grosir daging babi naik hingga 21% dibandingkan tahun lalu. Kenaikan harga juga terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa setelah mayoritas produsen mengalihkan distribusinya ke China.

Menurut Interporc, sebuah kelompok industri yang berbasis di Madrid, harga sepek atau bacon di Spanyol melonjak sekitar 20% selama Maret. Sedangkan harga bahu babi yang menjadi bahan dasar beberapa jenis masakan naik 17% di Jerman.

“Ini adalah hal terbesar yang mempengaruhi pasar protein hewani tahun ini, dan mungkin akan memiliki efek yang bertahan lama selama beberapa tahun ke depan. Ini akan menggerakkan pasar dan mungkin memengaruhi situasi geopolitik," ujar Angus Gidley-Baird, seorang analis komoditas Rabobank dikutip dari Bloomberg, Senin (6/5/2019).

Peningkatan impor daging China akan menyebabkan biaya makanan yang lebih tinggi dan kemudian berdampak pada ekonomi di seluruh dunia. Tingkat efek tersebut tergantung pada seberapa cepat epidemi ini dapat dihentikan.

Data resmi yang mendukung klaim pemerintah China bahwa penyakit ini telah dikendalikan secara efektif menunjukkan perlambatan dalam jumlah babi yang tertular virus sejak akhir 2018.

Namun, sejumlah analis dari Morgan Stanley, Citigroup Inc., hingga Departemen Pertanian AS tidak yakin bahwa wabah ini sudah tidak akan menyebar lagi.

Peran China dalam kejadian ini menjadi sangat penting karena komoditas daging babi dari negara tersebut merupakan salah satu indikator pengukur inflasi. Menurut Citigroup, kenaikan harga daging babi di China dapat meningkatkan inflasi negara hingga 5,4%.

"Pemerintah Cina kemungkinan akan memperlakukan inflasi terkait daging babi sebagai peristiwa luar biasa yang terpisah dari kenaikan harga umum," kata Liu Ligang, kepala ekonom kawasan China di Citigroup.

Namun, jika kenaikan harga daging babi meningkatkan inflasi melampaui tingkat tertinggi 3%, ini dapat membatasi Bank Sentral China untuk mengambil langkah agresif guna mendorong perekonomian.

Presiden China Xi Jinping mungkin harus segera menyelesaikan negosiasi perdagangan dengan Presiden AS Donald Trump untuk memudahkan impor daging babi, unggas dan pasokan daging sapi yang sangat dibutuhkan.

Kepala ekonom INTL FCStone Suderman mengatakan pemerintah China harus mengalokasikan tim untuk fokus menangani wabah flu babi sebelum menyebar lebih luas lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Tegar Arief
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper