Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Garuda Indonesia (GIAA) Perbesar Pendapatan Bisnis Kargo

Garuda akan menjadikan bisnis kargo udara sebagai salah satu pendorong pendapatan usaha maskapai dari sumber non penumpang dalam beberapa tahun mendatang.
Sebuah pesawat udara terbang melintas di atas jalan raya saat bersiap mendarat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali, Senin (14/1/2019)./ANTARA-Nyoman Hendra Wibowo
Sebuah pesawat udara terbang melintas di atas jalan raya saat bersiap mendarat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali, Senin (14/1/2019)./ANTARA-Nyoman Hendra Wibowo

Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. akan menjadikan bisnis kargo udara sebagai salah satu pendorong pendapatan usaha maskapai dari sumber non penumpang dalam beberapa tahun mendatang.

Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Garuda Indonesia, Fuad Rizal mengatakan akan berupaya untuk meningkatkan performa dan kinerja, dengan cara mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan non penumpang. Adapun, hingga akhir 2018, Garuda Grup berhasil membukukan laba bersih sebesar US$5,02 juta.

“Sebagaimana diketahui, potensi kargo udara di Indonesia sangat besar. Apalagi, bisnis e-commerce saat ini berkembang pesat, sehingga akan memberi dampak positif bagi perusahaan,” kata Fuad, Minggu (28/4/2019).

Dia mengklaim saat ini Garuda menjadi pemain utama dalam bisnis kargo nasional. Pihaknya akan terus berupaya meningkatkan bisnis kargo ini sehingga bisa memberikan dampak positif bagi perusahaan.

Selama ini, lanjutnya, pendapatan dari non penumpang masih di bawah dari pendapatan dari penjualan tiket. Di waktu-waktu yang akan datang, diharapkan Garuda mampu membesarkan persentase pendapatan dari kargo.

Pada 2019, emiten berkode GIAA ini menargetkan laba bersih senilai Rp1 triliun. Target tersebut jauh di atas laba bersih yang ditorehkan pada 2018 yakni US$809,846.

Berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akutan Publik Independen Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan rekan, GIAA mampu untung US$809,846 pada 2018 dari kerugian US$216,58 juta pada 2017. Padahal, hingga September 2018, perseroan masih mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$114,08 juta. 

Laba dengan kontribusi terbesar berasal atas pendapatan lain-lain perseroan yang berbanding jauh pada tahun sebelumnya yakni US$19,79 juta. Pendapatan lain-lain yang dicatatkan perseroan pada 2018 merupakan transaksi senilai US$239.94 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper