Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

May Day: Selaraskan Regulasi dengan Revolusi Industri 4.0

Menyambut Hari Buruh Sedunia 1 Mei atau May Day, kalangan pekerja dan pengusaha mendesak pemerintah segera menyelaraskan regulasi tentang ketenagakerjaan agar sesuai dengan implementasi Revolusi Industri 4.0 di Tanah Air.

Bisnis.com, JAKARTA — Menyambut Hari Buruh Sedunia 1 Mei atau May Day, kalangan pekerja dan pengusaha mendesak pemerintah segera menyelaraskan regulasi tentang ketenagakerjaan agar sesuai dengan implementasi Revolusi Industri 4.0 di Tanah Air.

Hari Buruh diangkat sebagai topik headline koran cetak Bisnis Indonesia edisi Senin (29/4/2019). Berikut laporannya.

Ada dua isu utama tentang ketenagakerjaan yang disampaikan oleh pekerja dan pengusaha, yaitu upaya peningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) serta perlindungan terhadap hak-hak pekerja.

Andi Gani Nena, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, menuturkan bahwa Revolusi Industri 4.0 menjadi salah satu isu utama yang akan disampaikan dalam aksi May Day yang berlangsung pada 1 Mei 2019.

Para buruh, lanjutnya, akan menuntut revisi dua regulasi ketenagakerjaan yang dinilai tak relevan dengan Revolusi Industri 4.0, yaitu Undang-Undang No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Pemerintah No. 78/2015 tentang Pengupahan.

“Kami juga meminta agar sistem outsourcing dihapuskan. Ke depan, Industri 4.0 akan banyak perusahaan yang menggunakan outsource dan ini sangat merugikan,” kata Andi, Sabtu (28/4/2019).

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia Said Iqbal mengatakan, pemerintah harus menyiapkan peta jalan Industri 4.0 yang lebih detail sehingga dapat menjadi pegangan seluruh pihak dalam menyelesaikan masalah ketenagakerjaan.

Saat ini, ujarnya, para pekerja mengkhawatirkan jumlah lapangan kerja akan berkurang apabila pelaku industri menerapkan automasi secara penuh dalam seluruh rangkaian proses bisnis.

“Kesiapan sumber daya manusia diperlukan. Oleh karena itu, perlu aturan dan roadmap yang jelas,” imbuhnya.

Mirah Sumirat, Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia, menuturkan bahwa program peningkatan kemampuan sumber daya manusia harus relevan dengan kebutuhan pengusaha serta arah implementasi pengembangan industri.

Ketua Umum Asosiasi Bisnis Alih Daya Indonesia Mira Sonia meminta pemerintah membuat standardisasi khusus untuk pekerja dan perusahaan alih daya dalam menghadapi Industri 4.0.

DUDUK BERSAMA

Harijanto, Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia, menyatakan May Day kali ini dapat dijadikan momentum bagi pekerja dan pengusaha untuk duduk bersama membicarakan persiapan menghadapi tantangan penerapan Industri 4.0.

Dia sepakat bahwa sejumlah aspek ketenagakerjaan harus segera dibenahi, mulai dari produktivitas dan etos tenaga kerja hingga peningkatan hubungan bipartit antara pengusaha dan pekerja.

“Selama ini dalam aksi Hari Buruh, kita terus-terusan berkutat dengan masalah dan tidak dapat apa-apa. Mari kita bergandengan tangan untuk merumuskan solusi di tengah era disrupsi saat ini.”

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Industri Johny Darmawan berharap pemerintah menyiapkan rencana jangka panjang untuk sektor SDM dalam menghadapi Industri 4.0.

Kalangan pengusaha, lanjutnya, tidak keberatan menaikkan upah para pekerja apabila sejalan dengan peningkatan produktivitas dan kemampuan mereka.

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia Yohannes Nangoi mengatakan, para pekerja sektor otomotif tidak perlu khawatir dengan isu automasi. “Meskipun ada automasi, kami tetap butuh pekerja dalam jumlah banyak untuk mengoperasikan peralatan.”

Terkait dengan tuntutan ini, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri mengungkapkan pemerintah tengah melakukan tinjauan terhadap aturan UU Ketenagakerjaan yang saat ini dinilai sudah tak sesuai lagi.

“Kami juga tengah meninjau PP No.78/2015 yang tengah dikonsultasikan dengan para stakeholders,” ujarnya.

Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian, menuturkan kurikulum pendidikan perlu disesuaikan dengan lebih menekankan pada bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika untuk memasuki era Industri 4.0.

Sejauh ini, pihaknya telah melakukan program link and match antara industri dan Sekolah Menengah Kejuruan. ( Yanita Petriella/ Yustinus Andri/Annisa S. Rini/Andi M. Arief)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper