Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

David Malpass, Kritikus Bank Dunia Didapuk Jadi Pejabat Nomor Satu

Ini akan menjadi sejarah zaman modern. Seorang ekonom yang kerap memberikan kritik terhadap kebijakan Bank Dunia kini justru menempati posisi tertinggi dalam lembaga tersebut.
Presiden Bank Dunia David Malpass/Reuters-Jim Young
Presiden Bank Dunia David Malpass/Reuters-Jim Young

Bisnis.com, JAKARTA – Ini akan menjadi sejarah zaman modern. Seorang ekonom yang kerap memberikan kritik terhadap kebijakan Bank Dunia kini justru menempati posisi tertinggi dalam lembaga tersebut.

Atas nominasi Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang mengusung prinsip 'American First', David Malpass kini menjabat sebagai Presiden Bank Dunia. Ini kemenangan bagi Trump.

Terpilihnya Malpass menandai kelanjutan tradisi berusia 73 tahun di mana seorang warga negara Amerika memimpin pemberi pinjaman pembangunan terbesar di dunia.

"Malpass akan mengisi jabatan presiden Bank Dunia pada 9 April 2019 dengan masa jabatan selama lima tahun," seperti dikutip melalui pernyataan Bank Dunia, dilansir melalui Bloomberg, Senin (8/4/2019).

Dalam pertemuan dengan para petinggi negara untuk mendukung pencalonannya sebagai Presiden Bank Dunia, Malpass meyakinkan bahwa jika terpilih dia akan memprioritaskan kepentingan lembaga, bukan kepentingan pemerintahan Trump.

Sepanjang kariernya di dunia keuangan, setidaknya saat dia mulai menjadi loyalis Trump pada kampanye 2016 serta saat dia menjabat sebagai Wakil Menteri Keuangan paada 2017, Malpass cukup vokal atas kritiknya terhadap operasional pemberi pinjaman dunia tersebut.

Dengan pergantian kepemimpinan ini tentunya akan ada beberapa perubahan pada kebijakan dan sudut pandang, namun mengingat sejumlah kritik yang dilontarkan Malpass, akan ada perubahan besar yang dapat terjadi.

Rekam jejak Malpass menimbulkan sejumlah teori bahwa kemungkinan dirinya akan mengurangi ambisi Bank Dunia dalam menyalurkan pinjaman, terlebih lagi saat ini pemerintah China juga tengah gencar menyalurkan bantuan ke negara berkembang.

"Bukan berarti mereka [Bank Dunia] kemudian memutus hubungan dengan China, tapi lebih kepada pengalihan pembiayaan untuk negara dengan pendapatan rendah atau negara berkembang, yang lebih memerlukan," ujarnya dalam wawancara dengan Bloomberg Television, Februari lalu.

Malpass pada 2017 mengkritik Bank Dunia, Dana Moneter Internasional dan lembaga multilateral lainnya karena dianggap telah tumbuh terlampau besar, sehingga berubah menjadi pengganggu bagi ekosistem dunia.

Terlebih lagi setelah China meningkatkan beban utang sejumlah negara berkembang seperti Sri Lanka dan Pakistan dengan program pembangunan infrastruktur Belt and Road.

Tahun lalu Malpass membantu menegosiasikan paket reformasi pinjaman Bank Dunia terkait dengan peningkatan modal US$13 miliar yang bertujuan membatasi pinjaman bank dan lebih memfokuskan sumber daya pada negara-negara miskin.

Reformasi ini bertujuan menggiring lebih banyak negara berpenghasilan menengah ke pinjaman sektor swasta daripada terus bergantung pada Bank Dunia serta guna membatasi pertumbuhan gaji staf Bank Dunia.

Selain kritik tersebut, keterikatan Malpass dengan pemerintahan Trump yang menarik diri dari Perjanjian Iklim Paris 2016 juga menjadi kendala yang dikhawatirkan. Pasalnya Bank Dunia cukup aktif dalam meningkatkan investasi dalam proyek-proyek lingkungan.

"Mereka [Bank Dunia] menghabiskan terlalu banyak uang, tidak efisien, sering melakukan praktik korupsi dalam pemberian pinjaman dan mereka tidak mampu memberikan manfaat nyata," ujar Malpass dalam sidang kongres 2017.

Perubahan misi Bank Dunia mungkin dan pernah terjadi. Berdasarkan catatan Bloomberg, di bawah kepemimpinan Robert McNamara pada 1968 - 1981, prioritas bank adalah pembiayaan pembangunan di negara-negara termiskin di dunia.

Saat ini, misi resmi Bank Dunia adalah untuk mengakhiri kemiskinan ekstrem dan mengurangi ketimpangan finansial. Pernyataan publik Malpass menunjukkan bahwa dia mungkin lebih tertarik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi global secara keseluruhan.

Dominasi Amerika Serikat

Malpass menggantikan Jim Yong Kim, yang mundur pada 1 Februari untuk bergabung dengan sebuah perusahaan investasi. Selama masa jabatan kosong, Kepala Eksekutif Bank Dunia, Kristalina Georgieva bertindak sebagai pemimpin sementara.

Posisi presiden Bank Dunia secara historis jatuh ke tangan warga negara Amerika, sementara Eropa memimpin organisasi serupa yakni International Monetary Fund (IMF).

Beberapa pengamat menyerukan agar Bank Dunia menghentikan tradisi yang sudah berjalan selama 73 tahun dan menunjuk orang non-Amerika sebagai bentuk pengakuan atas pengaruh emerging markets seperti China dan India, dan fokus pemberi pinjaman pada kebutuhan pembangunan.

Trump menominasikan Malpass pada Februari, seorang loyalis yang sangat kritis terhadap China dan menyuarakan pendapat yang seragam dengan Trump mengenai perombakan tatanan ekonomi global.

Sejumlah tokoh termasuk peraih Nobel Joseph Stiglitz mengkritik proses seleksi jabatan tertinggi di institusi tersebut yang Amerika-sentris dan menekankan keraguan terhadap sikap Malpass mengenai kerja sama internasional.

Meski demikian, sampai dengan tenggat waktu nama-nama nominasi diterima, tidak ada negara lain yang mengusulkan kandidat untuk menantang Malpass, membuat dewan yakin untuk memilihnya.

Selain AS, dengan kendali 16% atas kekuasaan pada dewan pemilih, China adalah pemegang saham Bank Dunia terbesar ketiga setelah Jepang, dengan kekuasaan sebesar 4,5% di dalam dewan pemilihan.

Presiden Bank Dunia sebelumnya Jim Yong Kim, menghadapi dua penantang, dari Nigeria dan Kolombia, pada 2012 ketika ia pertama kali dipilih.

Malpass, 63 tahun, merupakan mantan Wakil Menteri Keuangan AS untuk urusan internasional di bawah kepresidenan Trump.

Dia berperan sebagai delegasi Amerika Serikat pada pertemuan ekonomi internasional termasuk KTT G-20, pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia.

Dia sebelumnya juga pernah memegang jabatan senior di Departemen Keuangan di bawah pada masa kepresidenan Ronald Reagan dan George H. W. Bush.

Malpass sebelumnya menjabat sebagai kepala ekonom di Bear Stearns, sebuah bank investasi yang kolaps selama krisis keuangan global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper