Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Eropa Boikot Sawit Indonesia, Wapres Kalla : Kita Dapat Menekan Juga

Indonesia masih akan berjuang melawan bokito negara-negara Eropa terhadap produk sawit Indonesia.
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia dipastikan akan menerapkan retaliasi atau tindakan balasan jika Uni Eropa tetap berkeras memboikot minyak sawit dari Indonesia.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahawa produk sawit merupakan komoditas yang penting bagi Indonesia. Sedikitnya terdapat 15 juta jiwa yang bekerja langsung maupun tidak langsung untuk memproduksi produk ini.

Minyak sawit juga merupakan produk unggulan yang menopang ekspor Indonesia.  

“Indonesia dan Eropa itu pasar yang besar. Nah kalau ini [minyak sawit] diboikot tentu Indonesia juga dapat  menekan dengan kekuatan pasar juga. Dapat menerapkan retaliasi. Kalau memang tidak mau beli, maka kita juga bisa membuat retaliasi yang sama,” kata Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden, Selasa (26/3/2019).

Menurut Jusuf Kalla beberapa produk unggulan Eropa yang dapat dikenakan retaliasi seperti pesawat terbang dari Airbus hingga produk unggulan Eropa lainnya.

“Kalau seperti tadi [produk sawit Indonesia ditolak], oke kita tidak beli air bus lagi, itu juga hak kita. kalau uni eropa memiliki hak membuat aturan, kita juga punya hak bikin aturan,” kata JK.

Wapres Kalla menyebutkan tegasnya pemerintah dalam persoalan sawit ini bukan semata persoalan bisnis oleh korporasi, produk sawit telah menjadi bisnis yang menyangkut hidup orang banyak.

“Pokoknya retaliasi, kita tidak mengatakan perang dagang, retaliasi saja. Artinya, kalau you larang 10, kita lawan 10 juga,” katanya.

Meski begitu, Jusuf Kalla menyebutkan Indonesia tidak menginginkan kondisi perdagangan yang memanas ini. Ia mengharapkan persoalan ini dapat diselesaikan melalui meja perundingan ataupun lewat sistem perdagangan internasional.

“Kita sih tidak mau, tapi dibawa keterpaksaan. Kalau ekspor menurun, berarti devisa kita turun. Ya harapannya kita bisa selesaikan dengan negosiasi atau lewat WTO kalau memang terpaksa. Ya kita lewati dulu prosedur yang ada, tidak langsung main gebrak saja. kita semua kan anggota WTO. Jadi lewat itu,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper