Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Mebel Kejar Investasi Baru

Industri mebel menanti investasi masuk ke dalam negeri untuk mendorong pertumbuhan ekspor menjadi double digit ke depan.
Perajin menyelesaikan pembuatan kursi berbahan rotan di sentra industri rotan Desa Trangsan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (8/1/19)./ANTARA-Maulana Surya
Perajin menyelesaikan pembuatan kursi berbahan rotan di sentra industri rotan Desa Trangsan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (8/1/19)./ANTARA-Maulana Surya

Bisnis.com, JAKARTA--Industri mebel menanti investasi masuk ke dalam negeri untuk mendorong pertumbuhan ekspor menjadi double digit ke depan.

Abdul Sobur, Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), mengatakan untuk meningkatkan ekspor diperlukan investasi yang cukup besar. Apalagi, nilai ekspor mebel nasional sempat berkurang dengan hengkangnya beberapa perusahaan ke negara tetangga akibat biaya upah yang dinilai naik terlalu tinggi di Jawa Timur.

Salah satu negara yang dibidik untuk menanamkan modal di Indonesia adalah China. Pasalnya, pasar Negara Tirai Bambu tersebut sangat besar dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.Apalagi, negara tersebut tidak memiliki sumber bahan baku yang memadai.

Sementara, Indonesia merupakan penghasil 80% rotan dunia sebagai bahan baku dengan daerah penghasil rotan yang tersebar di beberapa pulau, seperti Sulawesi, Sumatra, dan Kalimantan. Indonesia juga memiliki 312 spesies rotan yang bisa dimanfaatkan dalam industri furnitur.

"Kalau kami masuk ke China, kan tidak tahu pasar di sana bagaimana. Jadi, kami undang mereka untuk masuk ke sini supaya Indonesia dapat devisa dan pajak, lapangan kerja juga bertambah," ujarnya di sela-sela pembukaan pameran the Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2019 di Jakarta, Senin (11/3/2019).

Walaupun terbuka untuk investasi asing, Sobur menuturkan harus ada persyaratan yang dipenuhi, misalnya harus menyerap tenaga kerja lokal.Keahlian tenaga kerja dalam negeri, lanjutnya, sangat baik terutama untuk pengerjaan mebel berbahan baku rotan.

Apabila tidak ada investasi baru, Sobur memperkirakan pertumbuhan ekspor furnitur Indonesia akan stagnan di level single digit atau sekitar 5% setiap tahun. Untuk bisa menarik investor, dalam pameran IFEX 2019 juga diselenggarakan investment forum.

Lebih jauh, dia menyebutkan tidak hanya investor asal China yang tertarik menanamkan modal di Indonesia, tetapi juga investor asal Eropa dan Amerika Serikat. Dengan pembangunan infrastruktur, baik di Jawa maupun luar Jawa, menandakan Indonesia memiliki potensi daya saing yang membaik.

"Sudah ada yang melirik, terutama masuk ke kawasan Jateng dan Cirebon. Dengan pembangunan infrastruktur di luar Jawa, ke depan Sumatra dan Kalimantan akan menarik karena dekat dengan sumber bahan baku, tetapi tenaga kerja di sana harus dipersiapkan," jelasnya.

Kawasan Industri Kendal, juga menjadi salah satu kawasan yang menarik minat investor karena kawasan ini memiliki pelabuhan sendiri sehingga memudahkan pabrikan untuk mengirimkan barang produksinya. Terlebih, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian juga membangun politeknik untuk menghasilkan tenaga kerja di industri mebel.

Sementara itu, Ketua HIMKI Soenoto, menyatakan pihaknya berbicara dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) agar investasi asing yang masuk diberikan batasan. Hal ini supaya tidak mematikan industri dalam negeri.

"Mereka hanya boleh masuk ke sektor finishing, untuk tahapan bikin rangka atau amplas biar industri dalam negeri yang mengerjakan," ujarnya.

Kementerian Perindustrian mencatat, sepanjang 2018, kontribusi industri furnitur terhadap PDB industri nonmigas sebesar 1,36%. Di samping itu, pertumbuhan sektor industri furnitur di Indonesia memperlihatkan tren positif, di mana dari tahun ke tahun para pelaku usahanya semakin bertambah.

Berdasarkan data BPS pada 2017, tercatat sebanyak 1.918 unit usaha di skala menengah dan besar dengan menyerap tenaga kerja langsung hingga 200.000 orang.

Kinerja ekspor industri furnitur Indonesia dalam tiga tahun terakhir juga menunjukkan tren kenaikan. Pada 2016, nilai ekspornya sebesar US$1,60 miliar, naik menjadi US$1,63 miliar pada 2017. Sepanjang 2018, nilai ekspor produk furnitur nasional kembali mengalami kenaikan hingga US$1,69 miliar atau naik 4% secara tahunan.

“Kinerja ekspor tersebut masih bisa terus ditingkatkan lagi, melihat potensi bahan baku yang ada. Pemerintah berharap industri furnitur dapat berperan lebih besar lagi dalam perekonomian nasional dengan target peningkatan ekspor senilai US$5 miliar,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.a

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper