Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waspada Stok Beras Setelah Lebaran

Defisit beras yang terjadi pada kuartal IV/2018 juga berpeluang terjadi pada kuartal IV/2019 dan melebar ke kuartal III/2019 karena panen raya padi bakal molor.
Pekerja mengangkat karung isi beras di Gudang Beras Bulog, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (3/1/2019)./ANTARA-Abriawan Abhe
Pekerja mengangkat karung isi beras di Gudang Beras Bulog, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (3/1/2019)./ANTARA-Abriawan Abhe

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah perlu mewaspadai ketersediaan beras nasional pascalebaran lantaran adanya potensi kemunduran masa panen raya tahun ini.

Ketua Umum Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa mengatakan, masa tanam kedua pada tahun ini akan mundur karena panen raya beras telah mundur dari Maret menjadi April.

Adapun, menurut dia, masa tanam padi kedua atau gadu setiap tahunnya, biasanya dilaksanakan pada April—Juni. Dengan kemunduran masa tanam dan panen padi pertama atau utama, musim panen gadu ikut mundur.

“Untuk masa tanam kedua, petani juga akan berhitung apakah air untuk pertanian mereka cukup atau tidak. Kalau pasokan air dirasa tidak cukup maka kecenderungannya petani akan mengalihkan komoditas yang akan ditanamnya, misalnya dari padi menjadi jagung,” ujarnya, Minggu (24/2).

Kondisi serupa, menurutnya, juga akan terjadi pada masa tanam ketiga atau kemarau pada tahun ini. Dengan demikian, terjadinya defisit beras yang terjadi pada kuartal IV/2018 juga berpeluang terjadi pada kuartal IV/2019 dan melebar ke kuartal III/2019.

Adapun, pada tahun lalu, defisit beras nasional mulai terjadi pada Oktober saat produksi petani 1,5 juta ton dan konsumsi mencapai 2,5 juta ton.

Pada November, produksi beras mencapai 1,2 juta ton, sedangkan konsumsi 2,4 juta ton. Untuk Desember defisit semakin melebar lantaran produksi hanya 1,2 juta ton tetapi konsumsi naik menjadi 2,5 juta ton.

Nah, setelah Lebaran ini pemerintah tampaknya harus berhitung apakah perlu impor beras kembali atau tidak. Perhitungannya harus didasarkan pada potensi stok air untuk pertanian pada masa tanam gadu dan kemarau, yang nantinya mempengaruhi minat petani menanam padi,” katanya.

Dwi memproyeksikan, apabila pemerintah melakukan impor beras pada tahun ini, seharusnya kuota volume impor tidak setinggi tahun lalu yang mencapai 1,8 juta ton. Hal itu disebabkan oleh kebutuhan pemerintah untuk mengamankan stok beras pada paruh kedua tahun ini.

Sementara itu, dia memperkirakan, pasokan dan cadangan beras pemerintah untuk masa Lebaran berada pada level aman. Pasalnya, kebutuhan beras pada Lebaran tahun ini diperkirakan masih tercukupi oleh stok panen raya.

Hal itu juga akan mempengaruhi pergerakan harga beras nasional pada masa Lebaran. Terlebih pergerakan harga beras relatif terkendali sejak awal tahun, lantaran tingginya stok beras milik Perum Bulog (Persero).

“Stok beras Bulog juga saat ini masih di atas batas aman, karena mencapai 2,4 juta ton. Stok ini hingga Lebaran saya kira lebih dari cukup untuk menjaga pasokan dan juga pergerakan harga,” ujarnya.

Dia menyebutkan, pada periode Lebaran, konsumsi beras hanya akan mengalami kenaikan 100.000 ton per bulannya dari rata-rata konsumsi bulanan sebesar 2,5 juta ton. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper