Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Merek Ritel Lokal Kurang Promosi di Luar Negeri

Pemerintah diminta mencontoh sistem pengemabangan pariwisata pemerintah Thailand. Negara Gajah Putih tersebut tidak hanya mendorong pengembangan destinasi wisata, tetapi juga fesyen dan restoran.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perdagangan Benny Soetrisno (dari kiri), Ketua Dewan Pertimbangan Wakil Presiden Sofjan Wanandi, Himpunan Penyewaan Pusat Belanja Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah, Sekretaris Jendral Haryanto Pratantara, Ketua Umum Apindo Haryadi Sukamdani berfoto bersama, seusai deklarasi pembentukan Hippindo, di Jakarta, Rabu (8/6)./JIBI-Nurul Hidayat
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perdagangan Benny Soetrisno (dari kiri), Ketua Dewan Pertimbangan Wakil Presiden Sofjan Wanandi, Himpunan Penyewaan Pusat Belanja Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah, Sekretaris Jendral Haryanto Pratantara, Ketua Umum Apindo Haryadi Sukamdani berfoto bersama, seusai deklarasi pembentukan Hippindo, di Jakarta, Rabu (8/6)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Peritel lokal menilai pemerintah kurang gencar mendorong merek Indonesia untuk menembus pasar nasional. Kondisi ini turut menyebabkan pertumbuhan wisatawan asing di Indonesia tidak sekuat negara lain.

Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan, Indonesia baru memiliki sekitar 10 merek lokal yang berhasil menembus pasar ekspor. Jumlah tersebut dari total 300 merek lokal dari total 600 merek yang tergabung dalam asosiasi.

"Pemerintah gencar mempromosikan pariwisata, tetapi kurang gencar mempromosikan merek-merek lokal, sehingga rasa penasaran yang wisman juga tidak begitu maksimal. Kalau pun datang, mereka tidak belanja, dan kita rugi," ucapnya, Kamis (21/2/2019).

Budi menuturkan pemerintah harus mencontoh sistem pengemabangan pariwisata pemerintah Thailand. Negara Gajah Putih tersebut tidak hanya mendorong pengembangan destinasi wisata, tetapi juga fesyen dan restoran.

"Tak hanya mengembangkannya untuk pasar domestik tetapi mereka juga mendorong pelaku usahanya untuk menembus pasar internasional secara aktif. mereka dikasih insentif, dan diberi banyak kemudahan. Maka dari itu sangat wajar kalau pariwisatanya bisa tembus 40 juta kunjungan per tahun, dan kita cuma 15,8 juta," katanya.

Budi berharap pemerintah segera mengembangkan peta jalan yang terintegrasi untuk mendorong pemilik merek lokal untuk tembus pasar internasional.

"Selama ini kita sudah banyak ekspor produk bagus, tetapi itu kan masih menggunakan merek luar. Sayang sekali," ujarnya.

Di luar itu, pemerintah juga harus mempertimbangkan untuk merevisi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)  yang selama ini diatur dalam PMK no. 35 tahun 2017 tentang Jenis Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Menurutnya, pengenaan PPnBM yang tinggi justru membuat wisatawan Nusantara melancong keluar negeri untuk berburu barang mewah. Padahal, beberapa pabrik produk barang mewah tersebut ada di Indonesia.

"Selain pengembalian PPN, PPnBM itu juga mulai harus dipikirkan. Sayang sekali devisa kita keluar. Hippindo inginnya Indonesia menjadi tempat berbelanja produk mewah terbesar di dunia. Kita punya potensi itu," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : M. Richard

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper