Bisnis.com, JAKARTA -- Pengamat energi berharap para kandidat presidan bisa memberikan solusi kelangkaan dan ancaman krisis dalam debat kedua yang digelar pada Minggu (17/2/2019).
Peneliti Alpha Research Database Ferdy Hasiman mengatakan bahwa perlu ada solusi mengurangi ketergantungan impor migas yang membebani neraca perdagangan. Pasalnya, produksi minyak nasional sampai 2018 hanya mencapai 775.000 barrels oil per day (BPOD), sedang kebutuhan konsumsi dalam negeri mencapai 1,6 juta BPOD.
“Untuk menutup itu, kita mau tidak mau harus mengimpor BBM agar masyarakat bisa mengonsumsi bensin dan solar. Yang lebih fatal adalah selama bertahun-tahun kita dipaksa untuk mengonsumsi apa yang kita tidak miliki,” ujarnya, Sabtu (16/2/2019).
Ferdy melanjutkan Liquefied Petroleum Gas (LPG) adalah contoh nyata karena tingkat konsumsinya mencpaai 6,7 juta ton per tahun. Ironisnya, karakter ladang migas Indonesia yang bisa mengubah gas menjadi LPG cuma bisa dihitung dengan jari, yakni hanya ada di Sumatra dan Natuna.
“Pabrik-pabrik LPG kita juga hanya dimonopoli Pertamina dan hanya menghasilkan sekitar 30% kebutuhan LPG nasional. Sisa 70% atau sekitar 4 juta ton LPG kita impor dari Timur Tengah. Ini justru membebani neraca perdagangan kita,” urainya.
Jika pemerintah terpilih nanti tidak mampu menggeser penggunaan LPG dan memiliki terobosan baru, seperti mendorong proses gasifikasi batu bara yang bisa menggantikan LPG, maka bisa dipastikan Indonesia akan mengalami krisis energi akut pada tahun-tahun mendatang.
Jokowi, tutur Ferdy, sudah memiliki instrumen kebijakan melalui Kementerian ESDM untuk mengubah batu bara menjadi gasifikasi. Pertamina dan Bukit Asam juga disebut sudah mulai mengoperasikan pabrik gasifikasi itu.
Publik disebut berharap gasifikasi dilakukan secara masif, tetapi seluruhnya tergantung bagaimana pemerintahan baru memiliki instrumen yang tepat agar proses gasifikasi batu bara itu berkembang pesat.
“Kita berharap debat kedua kali ini lebih hidup, cair, dan ada pertukaran gagasan. Kedua calon presiden (capres) juga memiliki solusi dan terobosan menarik bagaimana langkah pemerintahan selanjutnya untuk menutupi kelangkaan dan ancaman krisis di sektor energi ke depan,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel