Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cadev bisa Kembali Gemuk karena Tekanan Eksternal Mengendur dan Inflows Naik

Kendati sedikit menurun, prospek penguatan devisa masih terbuka lebar seiring berkurangnya tekanan eksternal dan aliran modal atau inflows meningkat.
Sejak 2004, Indonesia mengalami defisit minyak. Hal itu menyebabkan impor minyak dan BBM terus meningkat.
Sejak 2004, Indonesia mengalami defisit minyak. Hal itu menyebabkan impor minyak dan BBM terus meningkat.

Bisnis.com, JAKARTA—Kendati sedikit menurun, prospek penguatan devisa masih terbuka lebar seiring berkurangnya tekanan eksternal dan aliran modal atau inflows meningkat.

Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Andry Asmoro memperkirakan cadangan devisa akan mencapai US$125 miliar pada akhir 2019, lebih tinggi dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar US$120,7 miliar.

"Kenaikan ini umumnya disebabkan oleh berkurangnya tekanan global a.l. melunaknya kebijakan the Fed dan berkurangnya tensi perang dagang China dan AS," ungkap Andry, Kamis (7/2/2019).

Selain itu, dia melihat perbaikan posisi neraca dagang akan turut membantu penguatan cadangan devisa Indonesia.

Aida S. Budiman, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, menuturkan peluang penguatan posisi cadangan devisa masih terbuka lebar karena arus modal masuk cukup bagus dan pasar keuangan global lebih terprediksi dibanding 2018.

Selain itu, kebijakan nilai tukar dan kondisi permintaan serta pasokan valas cukup baik. 

Meskipun, dia melihat devisa ekspor belum banyak masuk. Tetapi berkat arus modal masuk, permintaan masih bisa dipenuhi.

"Maka cadev aman, bahkan bisa berpotensi naik karena banyak inflows," ungkap Aida.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David E. Sumual melihat cadangan devisa diharapkan terus meningkat ke depannya.

Posisi cadangan devisa yang ideal bagi Indonesia adalah 2,5-3 kali lebih tinggi dari utang jangka luar negeri jangka pendek yang jatuh temponya kurang dari satu tahun.

"Seharusnya, kalau bisa, posisi cadangan devisa di atas US$130 miliar hingga US$150 miliar," ujar David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper