Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Realisasi Inflasi Januari 2019 Topang Sentimen Positif Bagi Rupiah

Realisasi inflasi Januari 2019 yang di bawah ekspektasi, yakni sebesar 0,32%, menjadi sentimen positif bagi rupiah. Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyebutkan inflasi tahunan adalah sebesar 2,82%.
Karyawan bank memperlihatkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Jakarta, Senin (7/1/2019)./ANTARA-Rivan Awal Lingga
Karyawan bank memperlihatkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Jakarta, Senin (7/1/2019)./ANTARA-Rivan Awal Lingga

Bisnis.com, JAKARTA -- Realisasi inflasi Januari 2019 yang di bawah ekspektasi, yakni sebesar 0,32%, menjadi sentimen positif bagi rupiah.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengatakan hal ini dapat menjadi sentimen positif di tengah pelemahan yang dialami seluruh mata uang regional. Pada Jumat (1/2/2019), rupiah tetap terjaga stabil di kisaran Rp13.945 per dolar AS, menjelang penutupan pasar pukul 12.00 WIB.

"Dengan tingkat inflasi Januari 2019 [year-on-year/yoy] sebesar 2,82% dan yield obligasi negara benchmark FR 78 sebesar 7,89% maka imbal hasil real obligasi negara 5,07%," paparnya, Jumat (1/2).

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi tersebut pada pagi tadi.

Sementara itu, sikap The Fed yang pro pasar dan inflasi Indonesia yang rendah dan stabil akan terus menjadi penopang rupiah untuk melanjutkan penguatan.

Dari catatan BI, investor asing tetap masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) pada Jumat (1/2), sehingga yield obligasi negara turun dari 7,92% ke 7,89%.

Secara nominal, spread imbal hasil obligasi negara Indonesia yang sebesar 7,89% terhadap yield obligasi US Treasury yang sebesar 2,63%, adalah 526 bps. Ini lebih tinggi dari India yang mencapai 460 bps dan Filipina yang sebesar 374 bps.

Dari perkembangan ini, Nanang menegaskan BI terus mengawal perkembangan rupiah untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan investor global tetap tinggi.

"BI juga terus memonitor proses kesepakatan final pembicaraan dagang sebelum pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping pada 1 Maret 2019," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper