Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menperin Airlangga Hartarto Optimistis Investasi Manufaktur Terus Bertambah

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto optimistis pada 2019 akan terjadi peningkatan nilai investasi di sektor industri manufatur. Hal ini seiring dengan adanya komitmen dari sejumlah pelaku industri skala global seperti Apple, Coca Cola, dan General Electric yang ingin menambah modalnya di Indonesia.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (tengah) berbincang dengan Kepala BKPM Thomas Lembong (kiri) dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya sebelum mengikuti rapat terbatas membahas percepatan program kendaraan bermotor listrik di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (14/1/2019)./ANTARA-Wahyu Putro A
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (tengah) berbincang dengan Kepala BKPM Thomas Lembong (kiri) dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya sebelum mengikuti rapat terbatas membahas percepatan program kendaraan bermotor listrik di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (14/1/2019)./ANTARA-Wahyu Putro A

Bisnis.com, JAKARTA-- Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto optimistis pada 2019 akan terjadi peningkatan nilai investasi di sektor industri manufatur. Hal ini seiring dengan adanya komitmen dari sejumlah pelaku industri skala global yang ingin menambah modalnya di Indonesia.

“Beberapa investor yang sudah ada di Indonesia telah menyatakan minatnya untuk ekspansi. Ini merupakan salah satu hasil pertemuan kami di dalam World Economic Forum di Davos kemarin,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat (1/2/2019).

Airlangga menyebutkan, perusahaan internasional itu antara lain Apple, Coca-Cola, dan General Electric (GE). Perusahaan-perusahaan tersebut mengapresiasi pertumbuhan ekonomi dan kestabilan di Indonesia, sehingga berkomitmen menambah investasi.

Di samping itu, pada ajang WEF 2019, Airlangga juga melakukan pertemuan dengan produsen kendaraan dan komponen listrik SF Motors, industri farmasi Abbott, serta perusahaan kereta api Stadler Rail Group.

“Secara umum mereka merasa percaya diri untuk berinvestasi di Indonesia karena terciptanya iklim usaha yang kondusif dan adanya kemudahan perizinan,” ungkapnya.

Kepercayaan dari para investor tersebut dinilai dapat menunjukkan bahwa Indonesia masih menjadi negara tujuan dan pilihan yang tepat untuk menjadi basis produksi manufaktur mereka. Tujuannya baik untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun mengisi pasar ekspor.

Untuk itu, diharapkan adanya harmonisasi regulasi dan penerapan kebijakan seperti PMK 150/2018 tentang Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan, fasilitas tax holiday, dan platform online single submission yang dapat mendorong investasi pada tahun ini.

Berdasarkan data yang dirilis Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi industri manufaktur pada 2018 mencapai Rp222,3 triliun. Industri makanan mencatatkan realisasi investasi terbesar pada penanaman modal dalam negeri (PMDN) senilai Rp39,1 triliun.

Selanjutnya, diikuti industri kimia dan farmasi dengan nilai investasi sebesar Rp13,3 triliun, sedangkan, untuk penanaman modal asing (PMA), sektor industri pengolahan yang investasinya terbesar adalah industri logam dasar, barang logam bukan mesin, dan peralatannya senilai US$2,2miliar. Selain itu, investasi industri kimia dan farmasi senilai US$1,9 miliar serta industri makanan sebesar US$1,3 miliar.

Airlangga menilai ada beberapa faktor yang memengaruhi perlambatan investasi pada tahun lalu, antara lain naiknya suku bunga the fed yang diikuti kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia.

“Selain itu, rupiah yang sempat berfluktuasi sehingga investor sempat wait and see,” terangnya.

Untuk itu, Kemenperin akan fokus menggenjot investasi di lima sektor yang menjadi prioritas dalam Making Indonesia 4.0, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, dan elektronika. Namun demikian, sektor lain juga dipacu seperti industri pulp dan kertas serta baja.

Bahkan, menurut Airlangga, sektor pergudangan dan transportasi yang mencatatkan realisasi tinggi dinilai dapat mendorong kinerja industri, karena merupakan bagian dari pengembangan efisiensi logistik. Hal tersebut dapat mendorong pengembangan rantai pasok industri pengolahan.

Adanya perang dagang Amerika Serikat dan China, menurut Menperin, juga dapat membuka peluang masuknya investasi manufaktur di Indonesia. “Beberapa industri tekstil, pakaian dan alas kaki sedang mempertimbangkan pemindahan pabrik dari China ke Indonesia,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rahayuningsih
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper