Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Lima Rekomendasi Franciscus Welirang Soal Ketahanan Pangan

Komite Ketahanan Pangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memberikan enam rekomendasi untuk mencapai tujuan ketahanan pangan nasional.
Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang (dari kanan), Ketua Tim Pakar Program Indofood Riset Nugraha (IRN) periode 2018-seterusnya Purwiyatno Hariyadi dan mahasiswa perwakilan penerima program IRN berfoto usai penandatanganan MoU di Jakarta, Kamis (6/9/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang (dari kanan), Ketua Tim Pakar Program Indofood Riset Nugraha (IRN) periode 2018-seterusnya Purwiyatno Hariyadi dan mahasiswa perwakilan penerima program IRN berfoto usai penandatanganan MoU di Jakarta, Kamis (6/9/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA—Komite Ketahanan Pangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memberikan enam rekomendasi untuk mencapai tujuan ketahanan pangan nasional.

Ketua Komite Ketahanan Pangan KADIN Indonesia Franciscus Welirang menyebutkan, dalam konsep ketahanan pangan maupun swasembada pangan, tidak mungkin satu negara memenuhi 100% kebutuhannya hanya dari dalam negeri. Artinya, impor pangan masih perlu dilakukan terhadap komoditas-komoditas yang tidak bisa atau sulit ditanam di Tanah Air.

Hal yang perlu dikedepankan dalam mencapai ketahanan pangan ialah, pertama, memacu komoditas unggulan dari Indonesia. Dengan demikian, komoditas tersebut dapat menjadi alat tukar dengan komoditas lainnya dari luar negeri.

“Seperti minyak goreng di mana kita sebagai eksportir. Komoditas unggulan perlu didorong agar tidak terlalu membebani dari sisi impor [komoditas lain],” ujar Franky, sapaan akrabnya kepada Bisnis, Senin (28/1/2019).

Saran kedua soal ketahanan pangan ialah melakukan diversifikasi jenis pangan. Pasalnya, Indonesia dengan luas daratan 190 juta hektare (ha) memiliki medan yang menantang. Hanya 50% lahannya atau sekitar 85 juta ha yang dapat diolah dan lokasinya cenderung tersebar.

Ketiga, memperkuat data produksi dan kebutuhan pangan. Dengan adanya acuan data yang pasti, pemerintah dapat menentukan kebijakan yang tepat.

Misalnya saat ini terjadi surplus produksi jagung, karena jumlahnya melampaui permintaan di dalam negeri. Namun demikian, pemerintah masih saja membuka keran impor komoditas tersebut.

“Data menjadi sangat penting untuk arahan kebijakan. Ini harus dirapikan,” imbuh pria yang menjabat sebagai Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) itu.

Keempat, melakukan pemeliharaan pasca panen. Hal ini mencakup penyediaan penyetokan komoditas dan merapikan jalur distribusi. Pasalnya, perubahan cuaca hingga bencana alam sewaktu-waktu dapat memengaruhi produktivitas pertanian.

Kelima, memajukan industri untuk bibit unggul. Menurut Franky, proses perizinan untuk penggunaan benih baru memakan waktu hingga 3 tahun, karena harus melalui berbagai tes di lapangan. Hal ini menjadi tantangan bagi petani yang ingin meningkatkan produktivitas lahan.

Benih baru tentunya juga membutuhkan cara tanam dan budidaya yang baru. Oleh karena itu, perlu adanya pendampingan dalam penggunaan bibit unggulan anyar tersebut.

Sementara itu, data Indeks Ketahanan Pangan Global atau Global Food Security Index (GFSI) yang dirilis The Economist Intelligence Unit menyebutkan, pada 2018 peringkat Indonesia meningkat menuju  level 65, meningkat dari posisi 72 pada 2014.

Ada 4 indikator dalam menilai peringkat GFSI, yakni affordability (keterjangkauan), availability (ketersediaan), quality and safety (kualitas dan keamanan), serta natural resources and resilience (sumber daya alam dan ketahanan).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hafiyyan
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper