Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peningkatan Produksi Crude Steel di China Tak Ganggu Industri Dalam Negeri

Peningkatan produksi crude steel di China dinilai tidak akan mengganggu geliat industri baja dalam negeri selama tidak ada praktik kecurangan dalam aktivitas impor.
Industri baja/Bisnis.com
Industri baja/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Peningkatan produksi crude steel di China dinilai tidak akan mengganggu geliat industri baja dalam negeri selama tidak ada praktik kecurangan dalam aktivitas impor.

Berdasarkan data World Steel Association, China catatkan pertumbuhan produksi crude steel sebesar 6,6% pada 2018. Produksi sejumlah 928,3 Mt meningkat dibandingkan 2017 sebanyak 831,7 Mt.

Peningkatan tersebut membuat share produksi negeri tirai bambu mencapai 51,3% dari seluruh produksi crude steel secara global. Share tersebut meningkat dari 50,3% pada 2017, saat pertama kali produksi China lebih besar dari seluruh produksi negara lain.

Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Silmy Karim menilai peningkatan produksi dan share China tidak akan mengganggu geliat industri dalam negeri selama tidak terdapat praktik kecurangan dalam aktivitas impor baja asal negara tersebut.

"Bukan hanya Indonesia yang mengeluh dengan kecurangan yang dilakukan melalui berbagai cara, seperti tax rebate, dumping, dan lain-lain," ujar Silmy kepada Bisnis, Senin (28/01/2019).

Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA), Yerry Indroes, menjelaskan salah satu modus kecurangan yang kerap terjadi adalah pelarian HS number impor baja karbon. Baja tersebut dilapisi boron dengan kadar sangat rendah sehingga kemudian tergolong sebagai baja paduan.

Impor baja paduan sendiri mendapatkan bea masuk sebesar 0%--5%, sedangkan baja karbon jenis HRC dan cold rolled coil (CRC) ditetapkan sebesar 10%--15%. Praktik tersebut membuat baja dengan harga miring kerap masuk dan mengganggu geliat industri dalam negeri.

Silmy melihat praktik tersebut dapat mengancam daya saing industri dalam negeri. "[Praktik tersebut] jelas-jelas mematikan industri baja, kita memang harus lebih siap menghadapi banyaknya kreativitas negara lain dalam memenangkan pertarungan ekonomi," ujar dia.

Dia menilai pembatasan impor merupakan langkah yang tepat untuk menguatkan industri baja dalam negeri. Meskipun begitu, Silmy mendukung impor bagi produk-produk yang belum diproduksi di dalam negeri, dengan catatan bukan impor dengan praktik kecurangan.

Penguatan industri dalam negeri menurut Silmy penting karena share produksi crude steel masih kecil dibandingkan negara-negara lain. Untuk mendongkrak kapasitas produksi, akhir tahun lalu Krakatau Steel menyalakan fasilitas pengolah bijih besi di area blast furnace complex seluas 55 hektare.

Dalam fasilitas tersebut terdapat sinter plant yang memiliki kapasitas 1,7 juta ton per tahun, hot metal treatment plant dengan kapasitas 1,2 juta ton per tahun, dan coke oven plant dengan kapasitas 555.000 ton per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Maftuh Ihsan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper