Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF Merevisi Turun Outlook PDB Dunia, Ini Penyebabnya

Setelah Bank Dunia, kini Dana Moneter Internasional (IMF) juga merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi global sepanjang tahun ini dan tahun depan.
International Monetary Fund (IMF)/Istimewa
International Monetary Fund (IMF)/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Setelah Bank Dunia, kini Dana Moneter Internasional (IMF) juga merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi global sepanjang tahun ini dan tahun depan.

Berdasarkan laporan World Economic Outlook (WEO) Januari 2019, IMF memperkirakan PDB ekonomi global akan tumbuh 3,5% pada 2019 dan3,6% pada 2020. Angka tersebut lebih rendah masing-masing 0,2% dan 0,1% dari WEO Oktober 2018. Pertumbuhan tersebut juga lebih lambat jika dibandingkan dengan estimasi pertumbuhan ekonomi pada 2018 sebesar 3,7%.

Dalam laporan yang dirilis pada Senin (21/1), IMF menyebutkan revisi turun itu melihat adanya dampak negatif dari kenaikan tarif perdagangan antara Amerika Serikat dan China yang menyebabkan perekonomian Negeri Panda berpotensi melambat lebih besar dari ekspektasi.

Selain ketegangan perdagangan, potensi no-deal Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan ikut menjadi sentimen pemberat perekonomian tahun ini.

"Revisi tersebut masih bersifat moderat, tetapi kami melihat risiko pelemahan akan meningkat," ujar Economic Counsellor and Director of Research IMF Gita Gopinath dalam keterangan tertulisnya, Senin (21/1).

Secara spesifik IMF menyebutkan perlambatan ekonomi pada tahun ini hampir merata terjadi di berbagai kawasan. Lembaga internasional itu mengestimasikan pertumbuhan di negara ekonomi maju melambat menjadi 2% pada 2018 dari 2,3% pada 2018, serta tumbuh 1,7% pada 2020. Estimasi pertumbuhan pada 2018 serta proyeksi 2019 lebih rendah 0,1% dari proyeksi awal. Sebagian besar disebabkan oleh kondisi ekonomi Eropa.

Kawasan Eropa diprediksi tumbuh 1,6% pada 2019 dari 1,8% pada 2018, dan naik 1,7% pada 2020. Proyeksi pertumbuhan tahun ini juga lebih rendah 0,3% dari outlook Oktober 2018. Perlambatan diperkirakan terjadi seiring dengan kinerja ekonomi dan kondisi politik pada beberapa negara.

Sementara itu, ekonomi Amerika Serikat diprediksi tumbuh melambat 2,5% pada tahun ini dari 2,9% pada tahun lalu. Pada 2020, pertumbuhan Negeri Paman Sam bahkan diprediksi lebih lambat lagi menjadi 1,8%. Namun, proyeksi tersebut tidak berubah dari WEO Oktober 2018. Dalam membuat outlook, IMF ikut memperhitungkan stimulus fiskal dari bank sentral AS serta laju kenaikan suku bunga acuan The Fed (Fed Fund Rate).

Adapun, untuk pasar negara berkembang (EMDE), pertumbuhan ekonomi diproyeksi melambat menjadi 4,5% pada 2019 dari 4,6% pada 2018. Namun,  pada tahun depan IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi bisa naik menjadi 4,9%. Pertumbuhan ekonomi EMDE di Asia juga diproyeksikan melambat menjadi 6,3% pada tahun ini dari 6,5% pada 2018. Adapun, ekonomi Asia pada 2019 akan tumbuh 6,4% pada 2020.

Perlambatan tersebut diprediksi terjadi seiring perlambatan ekonomi China. Pada tahun ini, ekonomi Negeri Panda dinilai tak hanya tertekan karena ketegangan perdagangan dengan AS tetapi juga akibat pengaruh gabungan dari pengetatan regulasi keuangan domestik.

Sementara itu, perlambatan ekonomi juga diprediksi terjadi di kawasan Asean-5 yang terdiri dari Indonesia; Malaysia, Philippines, Thailand, Vietnam. Ekonomi kawasan tersebut diprediksi tumbuh 5,1% pada 2019 dari estimasi 2018 sebesar 5,2%, tetapi pada 2020 laju perekonomian bisa kembali ke level 5,2%.

Meskipun demikian, IMF menggarisbawahi bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi tetap sejalan dengan WEO Oktober 2018 yakni melihat adanya potensi penurunan kinerja.

Sebelumnya, Bank Dunia juga telah lebih dulu merevisi turun pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun ini menjadi 2,9%, lebih rendah dari proyeksi pada Juni 2018 sebesar 3%. Penurunan itu melihat masih adanya potensi pelemahan aktivitas perdagangan, investasi, serta rencana peningkatan suku bunga khususnya di sejumlah negara berkembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper