Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setiap Proyek Pembangkit 1.000 MW, Bisa Hemat Rp1 triliun

Pemerintah dapat menghemat sekitar Rp1 triliun dari operasional setiap proyek pembangkit listrik berkapasitas 1.000 MegaWatt (MW).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan (ketiga kiri) /ANTARA-Feny Selly
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan (ketiga kiri) /ANTARA-Feny Selly

Bisnis.com, JAKARTA— Pemerintah dapat menghemat sekitar Rp1 triliun dari operasional setiap proyek pembangkit listrik berkapasitas 1.000 MegaWatt (MW).

Direktur Keuangan PT PLN, Sarwono Sudarto mengatakan tugas utama PLN saat ini adalah membuat rasio elektrifikasi menjadi menyeluruh (100%), sehingga tak akan ada kenaikan tarif dan PLN juga akan melakukan efisiensi dari sisi operasional.

Untuk progrem kelistrikan, pemerintah telah membuat kebijakan program national 35.000 MW. Berdasarkan data kementerian ESDM hingga akhir 2018, realisasi program 35.000 MW yang ditetapkan, baru 8% atau 2.899 MW yang telah beroperasional, kemudian sebanyak 52% atau 18.207 MW telah memasuki konstruksi, 11.467 MW belum konstruksi, sisanya 1.683 MW dalam proses pengadaan, serta 954 MW dalam tahap perencanaan.

“Ada penghematan, Jadi tiap 1.000 MW maka per tahun hemat 1 triliun,” kata Sarwono akhir pekan ini

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga telah menargetkan kapasitas pembangkit terpasang  melalui sejumlah program seperti 35.000 megawatt, Fast Track Program (FTP) tahap 1 dan 2 serta Program Reguler tahun ini mencapai 68 gigawatt—70 gigawatt.

Target kapasitas terpasang itu tak berbeda jauh dari yang dicanangkan tahun ini sebesar 68 GW. Namun, tahun ini, kapasitas terpasang realisasinya mencapai 62,6 GW.

Menteri ESDM Ignasius Jonan menuturkan sejak 2014 jumlah kapasitas pembangkit yang dibangun oleh PT PLN (persero), Independent Power Producer (IPP) dan Izin Operasi (IO) non BBM sebesar 53 GW hingga kini telah menjadi 62.6 GW. Jonan pun menyebut masih ada tantangan kedepan dari sektor kelistrikan adalah rasio elektrifikasi yang penuh (100%) harus diikuti dengan dengan peningkatan konsumsi listrik tanpa harus melalui pembangunan pembangkit listrik

“Akhir 2019 mungkin jadi 68-70 GW termasuk FTP 1-2 dan program 35 GW. Ke depan tantangan walau rasio elektrifikasi penuh, konsumsi listrik per kapita diharapkan juga naik. Tidak harus tambah pembangkit, misal pakai baterai, maupun konsumsi listrik yang bukan peak,” kata Jonan.

Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Andy Noorsaman Someng menjanjikan untuk menjaga kebutuhan energi primer dengan portolio pembangkit  listrik. Menurutnya dengan parameter yang ada, tarif listrik saat ini harus dipertahankan atau bahkan bisa diturunkan untuk bisa mendorong investasi dari asing dalam membangun sejumlah pabrik.

“Harga sudah bagus gitu, karena supaya mengundang investasi dari luar negeri untuk mendirikan pabrik yang energinya intensif. Jika harga energi lebih murah, tentu lebih kompetitif biaya produksinya sehigga produknya lebih kompetitif untuk bisa melakukan ekspor,” terangnya.

Menurut Andi, bila nantinya ada gejolak internal dan eksternal yang mempengaruhi sektor ini, akan menjadi tugas pemerintah dalam membuat kebijakan penanggulangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper