Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahun Ini, Angka PHK Diyakini Makin Meningkat

Pengusaha menilai pergeseran perilaku belanja dan penurunan daya beli konsumen menjadi penyebab tutupnya beberapa toko ritel modern, yang berujung pada gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) tahun ini.
Warga memasuki gerai Hero di kawasan Gondangdia, Jakarta, Senin (14/1/2019). PT Hero Supermarket Tbkmelakukan penutupan 26 gerai di berbagai wilayah Indonesia./ANTARA-Putra Haryo Kurniawan
Warga memasuki gerai Hero di kawasan Gondangdia, Jakarta, Senin (14/1/2019). PT Hero Supermarket Tbkmelakukan penutupan 26 gerai di berbagai wilayah Indonesia./ANTARA-Putra Haryo Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA — Pengusaha menilai pergeseran perilaku belanja dan penurunan daya beli konsumen menjadi penyebab tutupnya beberapa toko ritel modern, yang berujung pada gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) tahun ini.

“Persaingan bisnis ritel sangat ketat. Di samping itu, perilaku pembeli sudah berubah. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa belanja daring ada pengaruhnya,” ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Hariyadi Sukamdani saat dihubungi Bisnis.com, Senin (14/1/2019).

Selain itu, dia memandang, penyebab ritel modern seperti Hero menutup 26 gerainya dan merumahkan 532 karyawannya adalah karena perubahan pola bisnis demi mengejar efisiensi melalui pengalihan toko fisik ke platform digital.

Daya beli masyarakat yang rendah pun menjadi penyebab tutupnya banyak toko ritel di Tanah Air.

“Ini semua mengakibatkan beberapa ritel enggak bisa bertahan. Terlebih, tren belanja daring kian hari kian besar. Hal ini jelas memukul berat sektor ritel yang masih terpaku dengan pola bisnis konvensional,” terang Hariyadi.

Pada perkembangan lain, serikat pekerja memperkirakan jumlah tenaga kerja yang terkena PHK sepanjang tahun ini bakal lebih banyak dibandingkan dengan tahun lalu.

Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, sepanjang 2018, terdapat 3.362 pekerja yang di-PHK.

Namun, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengatakan, data tersebut tidak sesuai dengan fakta di lapangan.

Berdasarkan catatan KSPI, di Serang, Banten dilaporkan PHK terjadi di PT Alcorindo terhadap 600 pekerja, di PT RWA terhadap 660 pekerja, di PT Grand Pintalan terhadap 50 pekerja, dan sebuah pabrik garmen terhadap 600 pekerja.

Di Bogor, Jawa Barat, PT IKP tutup dan menyebabkan sekitar 600 pekerja ter-PHK. PT Tanashin juga dalam proses melakukan PHK, di mana 300 orang pekerja terancam kehilangan mata pencarian.

Di Jakarta, PHK terjadi di PT FNG yang mengakibatkan 300 pekerja kehilangan pekerjaan dan di PT Pasindoi sebanyak 56 pekerja.

PHK besar-besaran juga terjadi di Purwakarta akibat tutupnya PT OFN yang berujung pada 1.800 pekerja di-PHK. Lalu, PT Dada Indonesia menyebabkan 1.300 pekerja kehilangan pekerjaan dan PT Iljunsun menyebabkan 1.400 pekerja dirumahkan.

Di Subang, PT Hanson Yeol tutup sehingga menyebabkan 3.100 pekerja ter-PHK. Di Cimahi, PHK terjadi di PT SN terhadap 400 pekerja.

Menurut Said, selain data-data di atas, masih terdapat sejumlah kasus PHK yang dalam tahap pencatatan.

Dia pun memprediksi bakal ada semakin banyak buruh yang menjadi korban PHK pada tahun ini dan tahun depan, terlebih Indonesia tengah menghadapi era revolusi industri 4.0.

“Berdasarkan kajian McKinsey Global Institute, sebanyak 52,6 juta lapangan pekerjaan di Indonesia terancam tergantikan otomatisasi,” tuturnya. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper