Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor & Impor China Melemah pada Desember 2018

Berdasarkan data Adminsitrasi Bea Cukai China, ekspor dalam dolar turun 4,4% pada Desember dari bulan yang sama tahun sebelumnya, sementara impor turun 7,6% pada periode yang sama. Penurunan ekspor dan impor tersebut merupakan yang terburuk sejak 2016.
Manufaktur China/Reuters
Manufaktur China/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -  China secara tak terduga mencatat penurunan ekspor dan impor pada bulan Desember 2018, menggarisbawahi dampak perang dagang dan perlambatan ekonomi.

Berdasarkan data Adminsitrasi Bea Cukai China, ekspor dalam dolar turun 4,4% pada Desember dari bulan yang sama tahun sebelumnya, sementara impor turun 7,6% pada periode yang sama. Penurunan ekspor dan impor tersebut merupakan yang terburuk sejak 2016.

Dengan penurunan ekspor dan impor tersebut, neraca perdagangan dalam denominasi dolar AS meningkat menjadi US$57,1 miliar pada Desember.

Sementara itu, untuk keseluruhan tahun 2018 ekspor dalam dolar AS naik 9,9% menjadi US$ ,48 triliun, sementara impor naik 15,8%, dengan surplus neraca perdagangan sebesar US$351,8 miliar.

Dilansir Reuters, pelemahan ekspor impor di China ini sudah dirasakan di seluruh dunia, dengan melambatnya penjualan barang mulai dari iPhone hingga mobil yang memicu penurunan proyeksi laba dari perusahaan seperti Apple dan Jaguar Land Rover.

Data perdagangan Desember yang suram menunjukkan ekonomi China diperkirakan telah kehilangan momentum lebih banyak di akhir tahun daripada yang diperkirakan sebelumnya, meskipun ada banyak langkah peningkatan pertumbuhan dalam beberapa bulan terakhir, mulai dari peningkatan pengeluaran infrastruktur hingga pemotongan pajak.

Sejumlah analis telah berspekulasi bahwa China mungkin harus mempercepat dan mengintensifkan kebijakan pelonggaran dan langkah-langkah stimulusnya tahun ini setelah aktivitas pabrik menyusut pada bulan Desember.

Analis Capital Economics mengatakan pertumbuhan ekspor turun lebih dari yang diantisipasi karena pertumbuhan global melambat dan hambatan dari tarif AS meningkat.

Selain itu, pertumbuhan impor juga turun tajam dalam menghadapi pendinginan permintaan domestik dan diperkirakan akan tetap lemah di kuartal mendatang.

"Sementara itu, dengan pelonggaran kebijakan diperkirakan tidak menopang ekonomi ekonomi domestik sampai paruh kedua tahun ini, pertumbuhan impor kemungkinan akan tetap lemah," ungkap mereka, seperti dikutip Reuters.

Sementara itu, Kepala Ekonom China di Nomura Holdings Inc, Lu Ting mengatakan pasar harus fokus pada ekspor karena secara langsung terkait dengan produksi industri China, lapangan kerja dan PDB.

"Kontraksi ekspor yang tajam dapat menunjukkan pertumbuhan produksi industri jauh lebih lemah dan tingkat pengangguran yang meningkat pesat," katanya, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper