Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ADHI Klaim Biaya Konstruksi LRT Kompetitif

PT Adhi Karya (Persero) Tbk., kontraktor cum investor proyek kereta ringan atau light rail transit (LRT) mengklaim biaya pembangunan proyek kompetitif dibandingkan moda berbasis rel lainnya.
Foto aerial proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) Jabodebek, di kawasan Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Rabu (2/1/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat
Foto aerial proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) Jabodebek, di kawasan Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Rabu (2/1/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Adhi Karya (Persero) Tbk., kontraktor cum investor proyek kereta ringan atau light rail transit (LRT) mengklaim biaya pembangunan proyek kompetitif dibandingkan moda berbasis rel lainnya.

Biaya Konstruksi Rp500 miliar per kilometer disebut mencakup seluruh aspek pembangunan, mulai dari jalur, stasiun, hingga depo.

Direktur Operasi II Adhi Karya Pundjung Setya Brata mengatakan kontroversi biaya pembangunan LRT dan moda transportasi berbasis rel lainnya telah berlangsung sejak 2012.

Dia menjelaskan, biaya konstruksi berbasis rel akan tergantung dari jenis konstruksi, teknologi, dan jumlah rangkaian kereta.

"Kalau dibandingkan dengan MRT dan sebagainya, harga kita cukup kompetitif," ujarnya dalam paparan kepada media massa di Pabrik Precast LRT Jabodetabek Pancoran, Jakarta, Senin (14/1/2019).

Pundjung menerangkan, pembangunan LRT menggunakan konstruksi melayang atau elevated karena ketersediaan lahan yang minim di daerah perkotaan.

Selain melayang, konstruksi juta bisa dilakukan di bawah tanah atau underground. Namun konstruksi bawah tanah lebih mahal dibandingkan dengan melayang.

Dia menyebut, pembangunan transportasi massal di Jakarta lebih lambat dibandingkan dengan pembangunan properti sehingga pembebasan lahan akan menjadi kendala besar bila LRT dibangun secara at grade atau timbunan tanah.

Menurut Pundjung, konstruksi melayang membuat penggunaan lahan bisa ditekan sehingga tidak perlu membebaskan lahan secara massif. Oleh karena itu, konstruksi melayang cocok digunakan di wilayah perkotaan.

Tren konstruksi melayang ini menurutnya terjadi di Jakarta, misalnya pembangunan jalan layang nontol Antasari dan Casablanca, rencana enam ruas jalan tol dalam kota, dan koridor 13 busway.

Secara terpisah, Ketua LSM Transportarsi Instrans, Darmaningtyas mengatakan biaya pembangunan LRT Jabodetabek lebih murah dibandingkan dengan LRT sejenis di berbagai negara. "Kalau kita membandingkan harga, harus dipastikan perbandingannya dilakukan secara apple to apple," ujarnya dalam keterangan tertulis.

Darmaningtyas memaparkan perbandingan biaya LRT di sejumlah negara. Manila Metro Rail Transit di Manila, Filipina menelan investasi setara Rp822 miliar per kilometer. Di Malaysia, pembangunan LRT3 sepanjang 37 kilometer juga menghabiskan biaya 827 kilometer.

Sebagaimana diketahui, biaya pembangunan LRT sempat dikritik oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dia menyebut, biaya pembangunan Rp500 miliar per kilometer terbilang mahal.

Pembangunan LRT Jabodetabek tahap pertama mencakup tiga lintas sepanjang 44,5 kilometer. Ketiga lintas itu yakni Cibubur - Cawang, Bakasi Timur - Cawang, dan Cawang - Dukuh Atas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper