Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Angkasa Pura II Gagal Kelola Bandara Clark Filipina

Mimpi PT Angkasa Pura II (Persero) merambah bisnis ke regional dengan mengelola dan mengembangkan Bandara Clark di Filipina harus disimpan dulu.
Calon penumpang antre masuk ke dalam terminal untuk lapor diri atau chek in di Termial 1 B Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Minggu (23/12/2018)./ANTARA-Muhammad Iqbal
Calon penumpang antre masuk ke dalam terminal untuk lapor diri atau chek in di Termial 1 B Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Minggu (23/12/2018)./ANTARA-Muhammad Iqbal

Bisnis.com, JAKARTA--Mimpi PT Angkasa Pura II (Persero) merambah bisnis ke regional dengan mengelola dan mengembangkan Bandara Clark di Filipina harus disimpan dulu.

Dalam informasi Bases Conversion and Development Authority (BCDA) yang dirilis pada Rabu (2/1/2019), konsorsium Changi Airport Group sebagai pemenang lelang pengelolaan Bandara Clark Filipina.

Keputusan tersebut telah diumumkan melalui pertemuan National Economic and Development Authority Investment Coordination Committee (NEDA-ICC) pada 19 Desember 2018. Hasil diperoleh melalui Special Bids and Awards Committee yang melakukan proses ketat dan transparan.

Komite tersebut juga dibantu oleh International Finance Corporation of the World Bank (IFC-WB) dan Public-Private Partnership Center (PPPC).

Pemenang tender tersebut adalah North Luzon Airport Consortium (NLAC) yang terdiri atas Changi Airports International Pte. Ltd. (operator Bandara Changi Singapura), Filinvest Development Corporation, JG Summit Holdings, Inc., dan Philippine Airport Ground Solutions Solutions, Inc.

NLAC berhasil menyisihkan Angkasa Pura (AP) II yang tergabung dalam konsorsium X-Droid bersama dengan Globalport 900 Inc., Mazy's Capital Inc., dan Desco Inc. Adapun, peserta tender dalam proyek tersebut hanya ada dua konsorsium.

Proposal NLAC dinilai lebih menarik karena sanggup menawarkan bagi hasil hingga 18,25% dari pendapatan kotor tahunan. Persentase tersebut hampir dua kali lipat batas minimum yang disetujui oleh NEDA Board, yakni 10%.

Adapun, hak konsesi yang diberikan adalah selama 25 tahun dengan persyaratan dan ketentuan yang tidak hanya akan melindungi kepentingan pemerintah saat ini tetapi juga dari risiko dan kewajiban yang tidak semestinya dan tidak pasti.

Perluasan Bandara Internasional Clark dan pengembangan seluruh Clark Freeport, serta Zona Ekonomi Khusus adalah salah satu proyek utama di bawah program Build Build Build dari Presiden Rodrigo Duterte.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Hendra Wibawa
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper