Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apa Saja Penggerak Utama Inflasi 2018?

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menuturkan inflasi inti cukup dominan karena jumlah komoditas yang dicakup dalam kelompok ini mencapai 751 komoditas atau sekitar 65% dari komoditas Indeks Harga Konsumen (IHK).
Pengendara melintas usai mengisi BBM di salah satu SPBU, di Jakarta, Rabu (5/9/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Pengendara melintas usai mengisi BBM di salah satu SPBU, di Jakarta, Rabu (5/9/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA -- Inflasi inti yang dipengaruhi oleh kuatnya daya beli masyarakat menjadi faktor pendorong inflasi sepanjang 2018. 
 
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menuturkan inflasi inti cukup dominan karena jumlah komoditas yang dicakup dalam kelompok ini mencapai 751 komoditas atau sekitar 65% dari komoditas Indeks Harga Konsumen (IHK). Dari cakupan tersebut, dia meyakini adanya kondisi daya beli masyarakat yang menguat dan stabil. 
 
"Saya pikir iya, karena cakupannya luas sekali, hampir 65% komoditas di inflasi. Kalau ini okelah 3,13%," ujar Suhariyanto, Rabu (2/1/2018).

Realisasi laju inflasi tahunan 2018 berhasil dijaga dalam sasaran target pemerintah, yakni sebesar 3,13%.
 
Data BPS menunjukkan inflasi inti sepanjang 2018 digerakan oleh sejumlah komoditas, antara lain tarif sewa rumah dengan andil 0,1%, nasi dengan lauk pauk 0,07%, upah pembantu rumah tangga 0,07%, serta tukang bukan mandor, kontrak rumah, dan emas perhiasan dengan andil masing-masing 0,06%.
 
Jika dilihat secara keseluruhan, BPS mencatat komoditas yang dominan terhadap inflasi tahun lalu adalah bensin non subsidi. Menurut Suhariyanto, bensin memiliki andil sebesar 0,26%, dipicu oleh kenaikan harga beberapa jenis bensin pada 2018 akibat harga minyak mentah dunia yang meningkat. 
 
Saat ini, bensin non subsidi masih digolongkan sebagai komoditas di dalam kelompok administered prices atau harga yang diatur pemerintah. Mulai 2019, BPS akan memasukan bensin non subsidi ke dalam kelompok inflasi inti. 
 
Sepanjang 2018, inflasi administered prices mencapai 3,36% secara year-on-year (yoy) dengan andil 0,66%. Sementara itu, inflasi volatile food mencapai 3,39% yoy dan memiliki andil 0,6%.
 
Dari kelompok volatile food, data BPS memperlihatkan inflasinya dipicu oleh beras sebesar 0,13% dan daging ayam ras 0,12%.
 
Ke depannya, Suhariyanto berharap pemerintah tetap memperhatikan pergerakan bahan pangan seperti beras, telur ayam, dan daging ayam. Pasalnya, kenaikan bahan pangan tersebut memiliki andil yang lumayan terhadap inflasi. 
 
"Tentunya beras karena bobotnya tinggi, kenaikan beras yang tipis akan berpengaruh. Tetapi, bukan berarti telur ayam tidak diperhatikan. Bobotnya memang 0,7%, tetapi kalau kenaikannya 15% tetap saja bermasalah," terangnya.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Annisa Margrit

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper