Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilot Program Santripreneur & Petani Muda Resmi Meluncur

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Koordinator bidang Perekonomian resmi meluncurkan pilot program Santripreneur dan Petani Muda di Pondok Pesantren Pemberdayaan Umat, Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/12/2018).
Santri mendapatkan pelayan petugas dalam Bank Wakaf Mikro Al Fithrah Wava Mandiri di Pondok Pesantren As Salafi Al Fithrah, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (9/3/2018)./ANTARA-Umarul Faruq
Santri mendapatkan pelayan petugas dalam Bank Wakaf Mikro Al Fithrah Wava Mandiri di Pondok Pesantren As Salafi Al Fithrah, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (9/3/2018)./ANTARA-Umarul Faruq

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Koordinator bidang Perekonomian resmi meluncurkan pilot program Santripreneur dan Petani Muda di Pondok Pesantren Pemberdayaan Umat, Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/12/2018).

Pilot Program yang merupakan bagian dari Program Kemitraan Ekonomi Umat tersebut dirancang untuk mencetak wirausaha baru pertanian dalam rangka regenerasi petani serta mengembangkan potensi lahan non-produktif, termasuk di pondok pesantren.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan bahwa kolaborasi dengan pondok pesantren dan organisasi berbasis keagamaan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya pengurangan ketimpangan.

Apalagi lembaga berbasis keagamaan telah mengakar kuat di tengah masyarakat terutama di wilayah pedesaan. Data menyebutkan terdapat sekitar 28.000 pondok pesantren di seluruh Indonesia dengan jumlah santri lebih dari 4 juta orang.

"Pemerintah melalui Kemenko Perekonomian mengembangkan Program Kemitraan Ekonomi Umat, yang merupakan implementasi dan tindak lanjut dari Kebijakan Pemerataan Ekonomi dan Kongres Ekonomi Umat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI),” tutur Darmin, di sela peresmian melalui keterangan resmi, Rabu (26/12/2018).

Program Kemitraan Ekonomi Umat memfasilitasi berbagai inisiatif kemitraan antara umat – yaitu kelompok masyarakat berbasis pondok pesantren, masyarakat sekitar pondok pesantren, dan masyarakat khususnya UMKM - dengan kelompok usaha besar.

Sasaran program ini adalah santri tingkat akhir, alumni pondok pesantren dan masyarakat sekitar pondok pesantren, pemuda yang sedang atau baru lulus sekolah atau kuliah, serta tunakarya yang berminat pada usaha di bidang pertanian.

Adapun cakupannya adalah kegiatan pelatihan serta pengembangan usaha pertanian pascapelatihan.

Pelatihan dan pengembangan usaha difokuskan pada pengembangan komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi khususnya hortikultura yang diintegrasikan dengan usaha peternakan dan perikanan.

Institut Pertanian Bogor (IPB) memberikan fasilitasi dalam aspek penyediaan lahan, akses pembiayaan, teknologi, pasar, dan pendampingan.

"Untuk itu, diperlukan kolaborasi antara IPB dengan berbagai pihak terkait untuk menjalankan program ini," ujar Darmin.

Sementara itu, Kemenko Perekonomian telah mendorong dan memfasilitasi 16 kelompok usaha besar untuk bermitra dengan pondok pesantren dan kelompok masyarakat berbasis keagamaan.

Hingga saat ini, pemerintah juga telah berkolaborasi dengan beberapa ormas besar Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Islam (PERSIS), Persatuan Ummat Islam (PUI), dan Al-Ittihadiyah. "Ke depan akan dilakukan kolaborasi dengan Ormas lainnya," ujarnya.

Darmin juga menjelaskan bahwa sebetulnya ada satu hal penting yang perlu menjadi perhatian untuk mengatasi ketimpangan, yakni setelah menyasar pembangunan infrastruktur dan pengembangan SDM melalui pendidikan vokasi, Indonesia juga perlu membangun logistik yang efisien.

“Kemudian, kami juga sudah waktunya mendorong terciptanya transformasi ekonomi desa dari ekonomi yang subsisten ke komersial. Dengan begitu, kami bisa menjadi bangsa dan negara yang makin tahan dengan gejolak ekonomi global,” terangnya.

Pemberdayaan ekonomi umat memang masih menghadapi tantangan dalam aspek Sumber Daya Manusia (SDM). Pada satu sisi, Indonesia akan menikmati bonus demografi yang dipicu oleh peningkatan jumlah penduduk usia produktif dan penurunan penduduk bukan usia produktif.

Namun pada sisi lain, tingkat pendidikan angkatan kerja sebagian besar masih rendah dan pengangguran masih relatif besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper