Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Pabrik Baja yang Jadi Target KRAS untuk Diakusisi pada 2019

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. sedang mempelajari 2--3 pabrik baja yang akan diakuisisi pada tahun depan.
Foto Silmy Karim tahun 2015 saat menjabat Direktur Utama PT Pindad (Presero). Silmy Salim ditunjuk menjadi Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) dalam RUPS Kamis (6/9/2018), sehingga harus meninggalkan jabatannya sebagai Direktur Utama PT Barata (Persero)./Bisnis-Rachman
Foto Silmy Karim tahun 2015 saat menjabat Direktur Utama PT Pindad (Presero). Silmy Salim ditunjuk menjadi Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) dalam RUPS Kamis (6/9/2018), sehingga harus meninggalkan jabatannya sebagai Direktur Utama PT Barata (Persero)./Bisnis-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA--PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. sedang mempelajari 2--3 pabrik baja yang akan diakuisisi pada tahun depan.

Silmy Karim, Direktur Utama Krakatau Steel, mengatakan perseroan secara bertahap melakukan perluasan bisnis. Saat ini, emiten dengan kode saham KRAS tersebut fokus terlebih dahulu untuk pengoperasian fasilitas blast furnace yang baru saja dinyalakan.

"Untuk pabrik baja yang akan kami akuisisi itu masih dalam proses due dilligence, nanti mulainya di kuartal II/2019. Kami sedang mempelajari 2--3 pabrik," ujarnya di Cilegon belum lama ini.

Dia menyebutkan pabrik yang akan diakuisisi perseroan merupakan pabrik baja yang berada di industri hilir, yaitu untuk produk besi beton. Sebelumnya, Silmy menuturkan pihaknya harus terlebih dahulu menyehatkan keuangan Krakatau Steel.

Hal tersebut untuk meningkatkan kepercayaan investor hingga perbankan. Akuisisi yang dilakukan, lanjutnya, diharapkan mampu menambah kapasitas produksi perseroan sebanyak 1 juta ton.

Selain akuisisi, KRAS akan menambah 1 pembangkit listrik tenaga surya mengapung (PLTSM). Nilai investasi yang dikucurkan berkisar US$300 juta—US$400 juta.

Pada minggu lalu, perseroan baru saja memulai penyalaan fasilitas pengolah bijih besi atau blast furnace yang telah dicanangkan sejak 5 tahun lalu. Fasilitas yang berdiri pada area blast furnace complex seluas 55 hektare ini dikerjakan oleh konsorsium kontraktor yang terdiri dari MCC CERI dari China dan PT Krakatau Engineering (PTKE).

Dalam blast furnace complex juga terdapat sinter plant yang memiliki kapasitas 1,7 juta ton per tahun, hot metal treatment plant dengan kapasitas 1,2 juta ton per tahun, dan coke oven plant dengan kapasitas 555.000 ton per tahun. Sebagai penunjang, terdapat raw material handling (stockyard) yang mampu menampung 400.000 ton per tahun. Fasilitas blast furnace tersebut mampu menghasilkan 1,2 juta ton hot metal per tahun.

Pengoperasian fasilitas blast furnace tersebut diyakini bakal meningkatkan daya saing dan memperlebar margin perseroan. Menurut Silmy, selain bertujuan menambah kapasitas crude steel, pembangunan blast furnace complex ini juga bisa menghemat US$58 per ton. Selain itu, karena fasilitas ini berbasis batu bara, maka bisa mengurangi ketergantungan penggunaan gas yang saat ini harganya cukup tinggi.

"Jadi, ini akan memperluas margin kami. Dengan penghematan ini kami bisa lebih berdaya saing dan ruang gerak semakin leluasa," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Maftuh Ihsan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper