Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Indonesia – China Surplus US$2,2 Miliar

China masih menjadi pasar potensial bagi produk pertanian Indonesia, yang dibuktikan dengan neraca perdagangan pertanian antara kedua negara sepanjang tahun berjalan yang tercatat surplus senilai US$ 2,265 miliar.
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – China masih menjadi pasar potensial bagi produk pertanian Indonesia, yang dibuktikan dengan neraca perdagangan pertanian antara kedua negara sepanjang tahun berjalan yang tercatat surplus senilai US$ 2,265 miliar. 

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Kuntoro Boga Andri mengatakan surplusnya neraca perdagangan Indonesia dengan China membuktikan bahwa pertanian dalam negeri masih unggul. Jadi menurutnya tidak benar kalau ada yang menyebutkan bahwa produk pertanian China membanjiri pasar nasional. Justru sebaliknya, produk pertanian Indonesia yang membanjiri pasar mereka.

Pada tahun ini, nilai ekspor pertanian Indonesia ke China mencapai US$ 4,025 miliar, meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan transaksi ekspor tahun lalu senilai US$ 2,058 Miliar. Lima produk pertanian yang menjadi andalan ekspor adalah kelapa sawit, karet, kelapa, produk hewan, dan kakao.

“Kelapa sawit masih menjadi andalan kita. Hingga saat ini, tercatat sebanyak 3,935 juta ton kelapa sawit kita yang diekspor ke China, dengan transaksi senilai US$ 2,69 Miliar,” papar Boga dalam siaran resmi, Rabu (12/12).

Ke depannya, Boga meyakini banyak peluang bagi Indonesia meningkatkan ekspor pertanian ke China. Sejumlah komoditas hortikultura dan perkebunan masih mengalami hambatan, seperti pengenaan bea masuk yang masih tinggi, serta standar sanitary and phytosanitary (SPS) yang sulit dipenuhi oleh petani Indonesia.

 “Untuk itu perlu dilakukan technical cooperation dan harmonisasi antara kita dan pemerintah China sehingga petani kita bisa memenuhi standar yang ditetapkan ” terangnya. 

Pembaruan Mutual of Understanding (MoU), menurut Boga sangat penting sebagai payung pengembangan kerja sama bidang pertanian kedua negara ke depan. Potensi pemanfaatan MoU bagi Indonesia adalah memobilisasi dukungan China bagi pengembangan sektor pertanian, khususnya dukungan penyediaan benih dan teknologi budidaya serta pasca panen untuk pengembangan komoditas bawang putih. 

“Kita juga membutuhkan MoU yang dapat meningkatkan dukungan investasi, khususnya untuk infrastruktur fisik, seperti irigasi, alsintan, dan pengembangan sektor hilir, serta investasi untuk sektor perbenihan, perkebunan tebu, dan industri gula,”tutup Boga. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper