Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Batam & Jabar Utara Jadi Kawasan Paling Kompetitif bagi Investor Elektronik

Kawasan industri di Batam dan Jawa Barat bagian utara dinilai menjadi kawasan yang paling menarik bagi investor elektronik China yang sedang memindahkan fasilitas produksinya ke Asia Tenggara akibat perang dagang dengan Amerika Serikat.
Calon pembeli melintas di pusat elektronik Glodok, Jakarta, Jumat (7/9/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Calon pembeli melintas di pusat elektronik Glodok, Jakarta, Jumat (7/9/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA—Kawasan industri di Batam dan Jawa Barat bagian utara dinilai menjadi kawasan yang paling menarik bagi investor elektronik China yang sedang memindahkan fasilitas produksinya ke Asia Tenggara akibat perang dagang dengan Amerika Serikat.

Saat ini salah satu perusahaan perakit IPhone asal Taiwan, Pegatron Corporation berkomitmen merelokasi sebagian produksinya dari China ke Batam. PT Sat Nusa Persada memperoleh kontrak penting dengan perusahaan tersebut.

Mohammad Faisal, Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, mengatakan Batam menjadi wilayah yang mendapatkan ‘cipratan’ investasi perusahaan yang berada di China karena merupakan daerah yang kompetitif, yaitu dekat dengan Singapura yang menjadi hub logistik dan lalu lintas perdagangan.

Selain itu, kawasan Batam merupakan free trade zone atau zona perdagangan bebas yang telah memiliki banyak fasilitas dan industri elektronik juga telah terbangun sejak lama.

“Batam memiliki kelebihan dari situ, kalau dari kawasan lain, seperti KEK kan belum ada yang advance,” katanya Selasa (11/12/2018).

Selain Batam, wilayah Jabar bagian utara, seperti Sukabumi dan Majalengka, menjadi wilayah yang juga menarik. Pasalnya, di daerah ini upah minimum tenaga kerja masih bersaing dibandingkan dengan kawasan industri lainnya di Jabar, seperti Bekasi dan Karawang.

“Jabar juga dekat dengan pelabuhan utama, Tanjung Priok di Jakarta, sehingga bisa menjadi alternative daerah tujuan investasi bagi perusahaan elektronik China,” ujar Faisal.

Dia juga berpendapat Indonesia masih perlu banyak berbenah untuk bisa menarik investor, terutama dari China yang sedang berupaya memindahkan basis produksi ke Asia Tenggara karena perang dagang dengan Amerika Serikat.

Negara yang menjadi sasaran utama di Asia Tenggara adalah Vietnam karena memiliki rezim yang sama dengan China dalam hal investasi serta memiliki hubungan dagang dengan AS.

Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk dapat menarik lebih banyak investasi di tengah kondisi perang dagang, antara lain BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) sebagai koordinator utama harus memiliki tim pemasaran yang baik. Selain itu, koordinasi antar kementerian dan lembaga harus kuat.

Dari bidang perdagangan, Faisal menilai kerja sama dengan AS harus dibuat secara tepat sasaran, apa yang ingin dicapai dari kerja sama tersebut. Misalnya, pemerintah fokus untuk industri elektronik dengan tambahan industri tekstil dan alas kaki.

“Harus ada strategi dan perhitungan mana yang diperbolehkan, mana yang tidak, ini harus jelas,” katanya.

Lebih jauh, konsistensi kebijakan, stabilitas politik, dan perbaikan dari sisi logistik juga menjadi aspek pertimbangan para investor.

Sementara itu, Alim Markus, Presiden Direktur Maspion Group menuturkan dengan ketersediaan infrastruktur dasar yang lengkap serta akses pasar yang besar, maka Indonesia akan menjadi pilihan utama relokasi industri dari China akibat perang dagang dengan Amerika Serikat.

"Perang dagang sudah mulai, Indonesia harus ambil kesempatan dengan mengajak pengusaha China investasi di Indonesia," katanya.

Alim menuturkan peluang terbesar pengusaha yang mampu memindahkan bisnisnya ke Indonesia adalah pengusaha China yang selama ini mengekspor produksinya ke Amerika Serikat. Mereka telah dikenai bea masuk yang tinggi sebesar 10% dan diperkirakan akan meningkat menjadi 25% jika negoisasi urung mencapai kata sepakat.

"Tarik ke Indonesia, bikin produk di Indonesia dan ekspor ke Amerika," ujar Alim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Maftuh Ihsan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper