Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Batu Bara Dinilai Bawa Risiko Keuangan dan Politik yang Tinggi

Laporan Greenpeace menyebutkan investasi Jepang di sektor pembangkit listrik tenaga batu bara di Indonesia meningkatkan risiko keuangan dan politik untuk bank dan investor.
Warga memancing ikan di sekitar kapal tongkang pengangkut batu bara di perairan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (30/10/2018)./ANTARA-Aji Styawan
Warga memancing ikan di sekitar kapal tongkang pengangkut batu bara di perairan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (30/10/2018)./ANTARA-Aji Styawan

Bisnis.com, JAKARTA—Laporan Greenpeace menyebutkan investasi Jepang di sektor pembangkit listrik tenaga batu bara di Indonesia meningkatkan risiko keuangan dan politik untuk bank dan investor.

Elrika Hamdi, Energy Finance Analyst of The Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) mengatakan para penyandang dana Jepang untuk proyek batu bara perlu menyadari bahwa mereka menghadapi risiko keuangan yang tinggi.

Risiko tinggi itu terkait dengan situasi kelebihan kapasitas, keterlambatan penambahan kapasitas dan meningkatnya tuntutan untuk pengendalian pencemaran udara di Indonesia.

Sementara pada saat yang sama, biaya energi panel surya dengan cepat menurun secara global, dan itu akan segera lebih rendah daripada biaya pembangkit listrik batu bara di negara ini.

Elrika menyebutkan sudah saatnya bagi mereka untuk mengalihkan keterlibatan menuju energi yang lebih bersih dan terbarukan agar sejalan dengan bagian dunia lainnya.

Beberapa delegasi dari Jepang hadir pada konferensi COP24 Perubahan Iklim PBB yang sedang berlangsung di Polandia. Salah satu topik diskusi dalam konferensi tersebut adalah tentang terbitnya laporan Perubahan Iklim Antarpemerintah (IPCC).

Hanna Hakko, Jurukampanye Energi, Greenpeace Jepang menyebut esensi dari laporan IPCC ini sangat jelas. Untuk tetap berada dalam rentang pemanasan global maksimum 1,5 derajat Celcius, seluruh negara di dunia secara global harus memotong setidaknya dua per tiga penggunaan batu bara pada tahun 2030 dan mengakhirinya hampir seluruhnya pada tahun 2050.

Jepang dan Indonesia telah berkomitmen terhadap Kesepakatan Paris, tetapi proyek batu bara yang sedang berlangsung di kedua negara tidak memperlihatkan adanya urgensi untuk memangkas emisi.

“Jika Jepang dan Indonesia ingin menghormati komitmen mereka terhadap Perjanjian Paris, kedua negara perlu melakukan pendekatan yang lebih berkelanjutan di sektor energi dengan cepat, ”tekannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper