Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Dagang Oktober Melambung Hingga US$1,82 Miliar

JAKARTA--Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia defisit US$1,82 miliar pada Oktober 2018 seiring dengan arus impor yang kembali meningkat.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto memberikan paparan dalam konferensi pers Pertumbuhan Ekonomi Indonesia kuartal II/2018,  di Jakarta, Senin (6/8/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto memberikan paparan dalam konferensi pers Pertumbuhan Ekonomi Indonesia kuartal II/2018, di Jakarta, Senin (6/8/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA--Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia defisit US$1,82 miliar pada Oktober 2018 seiring dengan arus impor yang kembali meningkat.

Nilai defisit ini disebabkan oleh posisi neraca ekspor yang tercatat sebesar US$15,80 miliar atau lebih rendah dibandingkan nilai neraca impor sebesar sebesar US$17,63 miliar.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto mengungkapkan defisit ini berasal dari defisit migas dengan defisit US$10,7 miliar dari Januari-Oktober.

"Jadi PR besar kita adalah bagaimana menurunkan defisit ini," kata Kecuk, Kamis (15/11).

Ke depannya, dia berharap ada kebijakan baru yang menyentuh pada neraca jasa.

Berdasarkan tahun kalender, sepanjang Januari hingga Oktober 2018, neraca perdagangan juga mengalami defisit sebesar US$5,5 miliar. Posisi defisit ini disebabkan oleh posisi defisit di neraca migas sebesar US$10,7 miliar, di mana defisit hasil minyaknya mencapai US$13,21 miliar.

Adapun, nilai ekspor tumbuh 5,87% dari September ke Oktober menjadi US$15,80 miliar didukung oleh ekspor migas dan nonmigas.

Ekspor migas tercatat US$1,48 miliar atau naik 15,18% dipicu oleh nilai gas yang naik tinggi 49,39%.

Sementara itu, ekspor nonmigas sebesar US$14,32 miliar atau naik 4,99% ditopang oleh peran ekspor perhiasan dan permata, alas kaki dan bahan bakar mineral.

Berdasarkan sektornya, ekspor pertanian pada Oktober mencapai US$320 juta atau turun 0,92% dipicu turunnya ekspor kakao, mutiara dan sayur-sayuran. Ekspor pertanian secara tahunan juga menurun 9,52% didorong oleh penurunan ekspor kopi, kakao dan mutiara.

Ekspor industri pengolahan meningkat 6,40% menjadi US$11,59 miliar disumbang oleh ekspor perhiasan, sepatu olahraga, kendaraan serta bagiannya dan lain sebagainya.

Secara tahunan, ekspor industri pengoalahan meningkat 5,71%. Ekspor tambang tercatat menurun pada bulan Oktober sebesar 0,58% menjadi US$2,41 miliar dan tahunannya juga menurun 1,58%.

Kendati menurun, Kecuk mengungkapkan kontribusi sektor tambang dan lainnya cukup besar peningkatannya pada Januari hingga Oktober ini sebesar US$24,70 miliar naik 27,46% pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$19,38 miliar.

Neraca impor tercatat tumbuh US$17,63 miliar atau naik 20,60% pada Oktober 2018. Peningkatan ini dipicu oleh impor migas meningkat 26,97% menjadi US$2,91 miliar.

"Ini dipicu minyak mentah dan hasil minyak serta nilai gasnya," kata Kecuk.

Impor nonmigas juga meningkat 19,42% menjadi US$14,71 miliar.

Secara sektor, ekspor konsumsi meningkat 13,28% US$13,48 dibandingkan bulan sebelumnya didorong oleh kenaikan impor buah-buahan seperti anggur jeruk mandarin dan impor life boats. Secara tahunan, impor konsumsi juga mengalami kenaikan mencapai 20,04%.

Peningkatan impor ini, kata Kecuk, diharapkan menunjukkan adanya perbaikan konsumsi di masyarakat sehingga dapat tercermin di dalam pertumbuhan ekonomi ke depannya.

Impor bahan baku mengalami 22,59% menjadi US$13,37 miliar dan peningkatan tahunannya mencapai 23,10%.

BPS mencatat impor barang modal juga masih meningkat sebesar 15,57% menjadi US$2,75 miliar dipicu oleh masih banyaknya impor mesin.

Menurut Kecuk, hal ini disebabkan oleh masih adanya penyelesaian proyek infrastruktur di dalam negeri.

Dari Januari-Oktober 2018, Kecuk mengatakan impor nonmigas ini naik 22,58% didorong oleh impor mesin, peralatan listrik dan pesawat mekanik serta besi dan baja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper