Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mentan: Tidak Ada Alasan Terjadi Gejolak Harga Beras

Kementerian Pertanian menilai pasokan beras saat ini masih aman sehingga tidak ada alasan terjadi gejolak harga.
Pekerja memindahkan karung berisi beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Jumat (19/1)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Pekerja memindahkan karung berisi beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Jumat (19/1)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian menilai pasokan beras saat ini masih aman sehingga tidak ada alasan terjadi gejolak harga.

Dengan pasokan yang masih  stabil ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) serta stok yang memadai di gudang Perum Bulog, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menganggap seharusnya tidak ada gejolak harga yang terjadi.

"Kita mengecek pangan di lapangan mulai jam 5 subuh tadi. Alhamdulillah semua posisi stabil. Tidak ada alasan (harga naik). [Juga] maaf, jangan lagi [isu pangan] di bawa ke ranah politik. Ini pangan kita stabil,"ujar Amran usai sidak ketersediaan beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Kamis (8/11/2018).

Amran pun menyampaikan kenaikan harga beras medium belakangan ini di tengah kondisi stok beras yang cukup, sebagai sebuah anomali. Pasalnya, seharusnya mekanisme  pasar  yang menyangkut suplai dan permintaan berlaku.

Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo Adi menjelaskan menjelaskan sebenarnya stok beras di PIBC sangat cukup. Stoknya bahkan berkisar di antara 50.000 ton — 51.000 ton, dari biasanya 20.000 ton—30.000 ton.

"Dalam kondisi saat ini sebenarnya memang produksi dari pertanian kita dalam hal ini beras sebenarnya cukup. Kalau di Jakarta saya harus sampaikan cukup, pasokan masih normal", tambahnya.

Arief pun  mengakui ada anomali pergerakan harga untuk beras jenis medium di kisaran Rp11.800/kg, padahal HET pemerintah untuk beras medium di Jawa adalah Rp9.450 per kg. Namun, hal ini sudah diantisipasi dengan meminta pemerintah melalui Bulog agar melakukan Operasi Pasar untuk menjaga laju inflasi.

Menurut Arief ketersediaan beras medium menurun karena ada kecenderungan dimanipulasi menjadi beras premium.

Dia menjelaskan selama ini yang disebut sebagai beras premium itu memiliki spesifikasi 5% broken, sedangkan di pasar sekarang, yang disebut premium punya spesifikasi 15% broken dan jumlahnya sangat banyak dibandingkan beras medium.

" Ini adalah mekanisme ekuilibrium baru, ini fenomena yang terjadi. Jadi bukan masalah produksi", sambung Arief.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper