Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasokan Beras Medium Terus Turun, Optimalisasi OP Mendesak

Optimalisasi operasi pasar (OP) beras mendesak dilakukan, karena mulai terbatasnya pasokan beras medium di pasar yang membuat harga komoditas pangan tersebut naik.
Pekerja memindahkan karung berisi beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Jumat (19/1)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Pekerja memindahkan karung berisi beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Jumat (19/1)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA — Optimalisasi operasi pasar (OP) beras mendesak dilakukan, karena mulai terbatasnya pasokan beras medium di pasar yang membuat harga komoditas pangan tersebut naik.

Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo mengatakan, saat ini pasokan beras dari produsen di gudangnya masih aman. Namun, dia melihat porsi pasokan beras premium ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) cenderung meningkat sedangkan beras medium mulai menyusut.

“Untuk porsinya berapa banyak yang premium dan mana yang medium saya belum punya data pastinya. Namun, sejauh identifikasi awal kami, beras premium mulai banyak masuk, makanya harga beras di PIBC mulai naik,” katanya kepada Bisnis.com, Selasa (30/10/2018).

Dia menyebutkan, sepanjang pekan ini, harga beras di PIBC mengalami kenaikan Rp100/kg—Rp200/kg. Pekan lalu, kenaikan masih berkisar antara Rp50/kg—Rp100/kg. Kenaikan harga tersebut terjadi kendati stok akhir beras di PIBC per 30 Oktober 2018 berjumlah 49.194 ton, atau di atas batas aman 30.000 ton/hari.

“Saat ini kami sudah ajukan ke Bulog untuk lakukan OP. Sebab, pada November—Desember kami jelas sangat butuh pasokan beras medium dari Bulog untuk menekan harga.”

Arief melanjutkan, hingga saat ini OP melalui PIBC belum dilakukan Bulog. Dia berharap agar OP di Jakarta dilakukan melalui tata niaga normal yakni via pasar induk yang nantinya disalurkan ke pasar turunan supaya beras medium Bulog dapat diserap secara maksimal.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Bank Indonesia, rerata harga beras di seluruh provinsi pada 30 Oktober 2018 mencapai Rp11.750/kg, naik tipis dari pekan lalu senilai Rp11.700.

Manajer Usaha dan Pengembangan Unit Pasar Besar Pasar Induk Kramat Jati Syarief Hidayatulloh mengatakan, pasokan beras saat ini masih berada di batas wajar. Hanya saja, kenaikan harga beras tetap terjadi.

“Saya belum tahu apakah itu disebabkan oleh banyaknya beras premium yang masuk dibandingkan dengan beras medium. Namun, yang jelas, harga sudah mulai naik sekitar Rp500/kg,” jelasnya.

Pengendalian harga beras, menurutnya, dibutuhkan sebab harga bahan pangan pokok lain diperkirakan akan ikut mengalami kenaikan yang signifikan pada November—Desember.

“Saat ini harga komoditas seperti cabai merah dan cabai rawit masih stabil bahkan turun. Namun, biasanya awal bulan depan mulai naik dan terus naik hingga Desember karena curah hujan mulai tinggi dan permintaan akhir tahun juga meningkat,” lanjutnya.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan telah memandatkan kepada Bulog untuk terus melakukan OP ketika harga beras mulai naik. Dia pun meminta agar beras medium benar-benar diserap pedagang, agar harga terkendali.

“Kami sudah menyurati Bulog untuk intensifkan penetrasi ke pasar melalui operasi pasar. Sejauh pengalaman saya 2 tahun terkahir, OP masih efektif menekan harga beras,” ujarnya.

Dalam siaran persnya, Direktur Utama Bulog Budi Waseso memaparkan stok beras yang dimiliki instansinya saat ini mencapai lebih dari 2,4 juta ton. Sepanjang tahun berjalan, Bulog telah menggelontorkan OP cadagangan beras pemerintah (CBP) sejumlah 384.328 ton dengan rerata gelontoran 2.500 ton per hari.

“Kami terus pantau perkembangan harga pangan pokok khususnya beras dari hari ke hari supaya intervensi pasar dapat segera kami lakukan dengan menggelontorkan stok CBP dan komoditas komersial yang kami miliki,” tegas Budi.

Menurutnya, rerata serapan beras domestik Bulog mencapai 3.000 ton per hari, sehingga diperkirakan stok CBP hingga akhir tahun ini mencapai 2,7—3 juta ton. Dengan demikian, dia mengklaim tidak perlu ada kekhawatiran bila ada bencana alam dan gejolak harga pada pengujung tahun ini.

“Stok yang cukup besar ini menandakan pemerintah tidak perlu melakukan impor beras,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper