Facebook Hapus Akun Palsu Propaganda Asal Iran

Rayful Mudassir
Sabtu, 27 Oktober 2018 | 08:02 WIB
Logo Facebook dalam 3 dimensi./Reuters
Logo Facebook dalam 3 dimensi./Reuters
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- Facebook Inc mengklaim telah menghapus akun-akun yang berasal dari Iran yang telah menarik lebih dari 1 juta follower AS dan Inggris. Upaya ini untuk memerangi aktivitas disinformasi di platformnya.

Perusahaan media sosial itu sedang berupaya menghentikan usaha orang-orang di dalam dan di luar AS untuk menyebarkan informasi palsu di platform mereka untuk beberapa kepentingan, termasuk menciptakan ketidakstabilan dalam proses Pemilu di sejumlah negara dengan memicu posisi kelompok garis keras dalam mendukung kampanye propaganda.

Akun-akun Facebook palsu yang berasal dari Iran sebagian besar ditujukan untuk kaum liberal AS. Hal itu diungkapkan Digital Forensic Research Lab dari Atlantic Council, sebuah thinktank yang bekerja dengan Facebook untuk mempelajari propaganda online.

Kepala Kebijakan Keamanan Sibebr Facebook Nathaniel Gleicher dalam blog-nya menyebut bahwa pihaknya telah menghapus 82 laman, grup dan akun di Facebook dan Instagram.

Akun-akun tersebut mengaku mewakili diri mereka sebagai warga negara AS atau Inggris, kemudian mengunggah topik bermuatan politis. Misalnya seperti hubungan ras, oposisi terhadap Presiden AS Donald Trump dan imigrasi.

Menurut Facebook, secara total akun yang dihapus memiliki lebih dari 1 juta pengikut. Meskipun akun-akun itu berasal dari Iran, tidak jelas apakah mereka terkait dengan Teheran.

Meskipun sebagian besar akun dan laman sudah ada sejak awal tahun ini, mereka menarik lebih banyak pengikut daripada akun yang dihapus pada Agustus 2018. Beberapa di antaranya malah sudah ada sejak 2013.

Akun dan laman Iran yang ditangguhkan sebelumnya mengumpulkan sekitar 983.000 pengikut sebelum dihapus.

"Sepertinya tujuannya adalah untuk ikut serta secara aktif di komunitas-komunitas dengan mengunggah konten sensitif, kemudian menyelipkan pesan terkait Arab Saudi dan Israel yang memperkuat narasi Pemerintah Iran," ujar ahli pertahanan informasi di Digital Forensic Research Lab Ben Nimmo, seperti dilansir Reuters, Sabtu (27/10/2018).

Dia melanjutkan sebagian besar unggahan mengangkat isu terkait terpecahnya AS dan menggunggahnya dari sudut pandang liberal atau progresif, terutama terkait ras dan kekerasan polisi.

Perusahaan media sosial semakin meningkatkan perhatian atas campur tangan asing di platform mereka setelah  mendapat serangan kritik yang menyatakan mereka tidak cukup baik dalam mendeteksi, menghentikan, dan mengungkap upaya Rusia memanfaatkan Facebook untuk mempengaruhi hasil Pilpres AS pada 2016.

Baik Iran maupun Rusia membantah tuduhan bahwa mereka telah menggunakan platform media sosial untuk meluncurkan kampanye disinformasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rayful Mudassir
Editor : Annisa Margrit
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper