Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Keramik Waspadai Tambahan Impor dari India

Industri keramik dalam negeri mewaspadai potensi kenaikan impor dari India setelah China masuk ke dalam negara yang mendapatkan tambahan bea masuk tindakan pengamanan.
Pabrik keramik Arwana Citra Mulia Tbk/Bisnis.com
Pabrik keramik Arwana Citra Mulia Tbk/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA--Industri keramik dalam negeri mewaspadai potensi kenaikan impor dari India setelah China masuk ke dalam negara yang mendapatkan tambahan bea masuk tindakan pengamanan.

Elisa Sinaga, Ketua Asosiasi Aneka Industri Keramik (Asaki), mengatakan India merupakan salah satu negara produsen dan eksportir keramik besar di dunia. Namun, dalam beleid Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 119/PMK.010/2018 tentang pengenaan BMTP terhadap impor produk ubin keramik, negara ini dikecualikan dari penerapan BMTP.

Dari segi produksi, India menempati urutan kedua setelah China dengan kapasitas sebesar 1,08 miliar m2 per tahun. Sementara itu, dari sisi ekspor, negara tersebut menempati urutan keempat dengan volume ekspor sebesar 228 juta m2 pada 2017.

Sama dengan China yang mendapatkan penurunan bea masuk, India juga menikmati tarif impor rendah sebesar 5% ke Indonesia sejak 1 Januaru 2018 karena ada perjanjian dagang.

"Sekarang importir yang biasanya mengambil keramik dari China, mulai melirik India. Kami sedang melihat, kalau mulai menganggu, kami akan lapor lagi ke Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) untuk masukan India ke list," ujarnya belum lama ini.

Selain India, Vietnam juga menjadi negara yang diwaspadai karena tidak masuk ke dalam list penerapan BMTP. Walaupun tidak masuk ke dalam 10 besar negara eksportir dunia, Vietnam berada di urutan keempat dari sisi produksi.

Pada tahun lalu, kapasitas produksi negara tersebut mencapai 560 juta m2, sedangkan Indonesia berada di urutan 9 dengan kapasitas produksi sebesar 307 juta m2.

Namun, Elisa menegaskan apabila produsen nasional meminta perlindungan kembali terhadap impor dari India dan Vietnam, bukan berarti cengeng. Menurutnya, pemerintah bersama pabrikan perlu bekerja sama untuk membenahi industri supaya kuat bersaing apple to apple ke depannya.

Perlindungan safeguard juga dinilai tidak baik apabila diterapkan terlalu lama karena bisa memacu inflasi. "Kami akan dorong industri dalam waktu 3 tahun untuk berbenah diri karena pasar enggak hanya soal harga, tetapi juga kemampuan industri terhadap pengembangan produk," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Maftuh Ihsan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper