Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aprindo: Industri Ritel Masih Bisa Tumbuh 10% Tahun Ini

Meski tidak begitu seoptimistis di semester I/2018, Aprindo memproyeksikan pertumbuhan ritel modern hingga akhir tahun mencapai 10% dengan nilai Rp240 triliun.

Bisnis.com, JAKARTA -- Meski tidak begitu seoptimistis di semester I/2018, Aprindo memproyeksikan pertumbuhan ritel modern hingga akhir tahun mencapai 10% dengan nilai Rp240 triliun.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengatakan masih ada beberpa faktor yang menjadi penghambat bagi ritel modern.

"Kita harapkan dua digit, tetapi yang paling awal, yakni 10%. Kita terkatrol dengan pertumbuhan pada pertengahan tahun, walaupun setelah itu agak cooling down lagi," katanya, Selasa (16/8/2018).

Roy menjelaskan, setelah semester I/2018 yang pertumbuhan ritel modern mencapai 15%, tren pertumbuhan kembali menunjukkan perlambatan, terutama sejak tiga bulan terakhir.

Hanya saja, katanya, kalaupun pertumbuhan 10% tersebut tercapai, angka itu adalah capaian terbaik yang selama pertumbuhan dalam 4 tahun berturut-turut satu digit, yakni dikisaran 7% hingga 8%.

Menurut Roy, pertumbuhan ritel modern akan pada penghujung tahun akan didorong beberpa hal, yaitu efektifnya belanja bantuan sosial pemerintah, seperti tunjangan hari raya dan gaji ke-13, subsidi bahan bakar minyak, dan dana desa. Selain itu, kontribusi pertumbuhan juga berasal dari meningkatnya belanja partai potilik dan calon-calonnya.

Di samping itu, dengan harga minyak dan batu batu bara yang tinggi juga akan memberi peningkatakn daya beli orang-ornag bekerja di sektor twrsebut, dan akhirnya juga mendongkrak ritel modern.

"Dan inflasi kita juga relatif terjaga di kisaran 3,5% dan itu juga sangat berdampak positif pada ritel modern," katanya.

Hanya saja, meski tidak berpengaruh banyak, Roy berharap pemerintah menyelesaikan rancangan peratutran pemerintah (RPP) e-cpommerce. Pasalnya, level playing field yang tidak imbang menciptakan suasana yang tidak kondusif di persaingan ritel.

Selain itu, dia berharap pemerintah mengevaluasi kembali peraturan terkait 80% penyediaan barang lokal. Menurutnya, peraturan tersebut sangat sulit, dan masih belum ada petunjuk teknis yang jelas yang dapat dijadikan sebagai acuan peritel.

"Itu 80% kita belum tau, apkah itu barangnya, atau hal-hal yang terkandung didalamnya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : M. Richard

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper