Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Harapan Pengusaha Makanan & Minuman Apabila Harga BBM Dinaikkan

Industri makanan dan minuman meminta pemerintah menyiapkan alternatif pengangkutan logistik sehingga dunia usaha tidak perlu menaikan harga jual akibat melonjaknya biaya bahan bakar.
Pertalite, produk bensin baru dari Pertamina/Antara-M. Agung Rajasa
Pertalite, produk bensin baru dari Pertamina/Antara-M. Agung Rajasa

Bisnis.com, JAKARTA -- Industri makanan dan minuman meminta pemerintah menyiapkan alternatif pengangkutan logistik sehingga dunia usaha tidak perlu menaikan harga jual akibat melonjaknya biaya bahan bakar.

Adhi S. Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman seluruh Indonesia (Gapmmi) menuturkan industri sudah semenjak lama menggunakan bahan bakar dengan harga komersil sehingga harga yang dibayar mengacu pada harga minyak dunia.

"[Rencana kenaikan BBM] akan pengaruh di distribusi," kata Adhi, Kamis (11/10/2018).


Menurut Ketua Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) Triyono Pridjosoesilo meski ada dampak langsung karena kenaikan biaya distribusi, pihaknya berharap pemerintah menawarkan skema lain agar biaya logistik dan distribusi menjadi kompetitif.

"Misal selain jalan raya, bisa di siapkan alternatif transportasi barang via kereta atau kapal laut. Tentunya dengan biaya yang lebih efisien sehingga pelaku usaha punya opsi terkait dengan isu logistik dan distribusi," katanya.

Dia menyampaikan perlunya alternatif dukungan logistik ini karena daya beli masyarakat masih belum sepenuhnya pulih semenjak 2017.

"Sehingga kami selaku pelaku usaha harus mempertimbangkan hal tersebut dalam menentukan harga jual produk. Prinsipnya kami tidak ingin menaikkan harga jual," katanya.

Triyono mengharapkan efisiensi dalam hal logistik dan distribusi dapat mengurangi bahkan mengatasi tekanan untuk kenaikan harga. Pelaku usaha minuman tengah mengkaji dampak berbagai tekanan yang diterima industri secara menyeluruh dan komprehensif sebelum memutuskan menyesuaikan harga jual.

Pertumbuhan industri makanan dan minuman hingga semester I/2018 (c-to-c) mencapai 10,63%. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan industri non migas yang mencapai 4,74%.

Sampai dengan bulan Juni/2018 ekspor produk makanan dan minuman mencapai US$ 6,2 miliar. Sementara jika dimasukan produk dan turunan minyak kelapa sawit maka ekspor menjadi US$ 14,25 miliar. Sementara impor produk makanan dan minuman pada periode yang sama sebesar US$5,4 Miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggara Pernando
Editor : Maftuh Ihsan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper