Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah, Sharp Indonesia Pede Tak Kerek Harga Hingga Akhir 2018

PT Sharp Electronics Indonesia menahan harga televisi hingga akhir tahun walaupun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah menembus Rp15.000 per dolar AS.
Logo Sharp terpampang di salah satu pameran produk elektronik di Jepang/Reuters-Toru Hanai
Logo Sharp terpampang di salah satu pameran produk elektronik di Jepang/Reuters-Toru Hanai

Bisnis.com, JAKARTA--PT Sharp Electronics Indonesia menahan harga televisi hingga akhir tahun walaupun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah menembus Rp15.000 per dolar AS.

Andry Adi Utomo, Domestic Sales Senior General Manager Sharp Electronics Indonesia, mengatakan kenaikan harga masih bisa ditahan karena perseroan telah memesan pasokan spare part hingga akhir tahun nanti.

"Insya Allah enggak ada kenaikan, setelah itu, kami lihat di Januari 2019 bagaimana keadaan nilai tukar," ujarnya di Jakarta, Rabu (10/10/2018).

Dia menuturkan apabila dolar AS naik melebihi 5% dari batas toleransi nilai tukar yang ditetapkan perseroan, yaitu Rp14.800 per dolar AS, maka akan ada penyesuaian harga produk. Sharp juga bakal melakukan peninjauan kembali harga produk setiap 3 bulan sekali.

Terkait dengan proyeksi ekonomi tahun depan yang dipangkas, Andry menyatakan pihaknya tetap optimistis penjualan produk televisi bakal berlanjut tumbuh. Salah satu faktor yang diyakini memberikan dampak positif adalah pemilihan presiden.

"Saya rasa pemerintah akan banyak mengucurkan dana untuk menggerakkan mikro ekonomi menjelang pilpres, dengan itu kami proyeksi tahun depan masih oke,” jelasnya.

Adapun, berdasarkan data Sharp, pasar televisi LED nasional pada 2017 tercatat senilai Rp9,8 triliun atau sebanyak 3,27 juta unit yang terjual. Jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang senilai Rp12,2 triliun dengan televisi yang terjual sebanyak 3,37 juta unit. Sementara itu, pada 2015 jumlah televisi yang terjual sebanyak 3,59 juta unit dengan nilai Rp13,3 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Maftuh Ihsan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper