Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peluang Menggenjot Ekspor Perikanan Cukup Terbuka

Pengamat sektor perikanan dan Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan Abdul Halim menyatakan peluang memacu nilai ekspor di tengah perang dagang AS-China adalah tergantung pada kesiapan industri perikanan nasional.
Ilustrasi seorang nelayan membawa ikan tuna/Reuters-Tarmizy Harva
Ilustrasi seorang nelayan membawa ikan tuna/Reuters-Tarmizy Harva

Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat sektor perikanan dan Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan Abdul Halim menyatakan peluang memacu nilai ekspor di tengah perang dagang AS-China adalah tergantung pada kesiapan industri perikanan nasional.

"Peluang ekspor yang dimiliki oleh Indonesia sepenuhnya bergantung kepada kesiapan industri perikanan nasional," ungkapnya di Jakarta pada Minggu (30/9/2018).

Dia menjelaskan tingginya kurs dolar AS terhadap rupiah bisa berimbas positif apabila didukung pelaku industri domestik dalam memanfaatkan peluang pasar perikanan di AS. Sebaliknya berimbas negatif jika tak siap, apalagi AS menerapkan sejumlah aturan baru untuk produk perikanan yang masuk ke negaranya.

Abdul Halim juga mengingatkan bahwa melambungnya nilai tukar rupiah terhadap dolar juga telah menaikkan ongkos produksi.

Saat ini, ujarnya, ada dua tantangan yang dihadapi pengusaha perikanan yaitu ketidakpastian iklim usaha di dalam negeri dan persyaratan baru yang diterapkan AS kepada produk perikanan dari Indonesia.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mendorong pengusaha perikanan nasional untuk dapat melakukan terobosan ekspor dengan mencari peluang dan kesempatan di tengah perang dagang AS dengan China.

"Semestinya pengusaha Indonesia melakukan terobosan dan mengambil inisiatif dari situasi ini," kata Menteri Susi di Jakarta, Jumat (21/9/2018).

Menurut dia, pada saat ini adalah waktunya pengusaha untuk dapat meningkatkan produksinya guna melakukan ekspor langsung ke negara adidaya.

Namun, Menteri Kelautan dan Perikanan juga tidak menginginkan pengusaha mengambil jalan pintas yang merugikan Indonesia seperti meminjamkan nama kepada China agar produknya bisa masuk ke AS.

Susi mengingatkan bahwa tren produksi perikanan pada saat ini meningkat, seperti pada 2017, produksi perikanan tangkap mencapai 6,8 juta ton dan produksi perikanan budi daya 16,1 juta ton.

Berdasarkan data KKP, lima provinsi yang memiliki tren produksi perikanan tangkap di laut terbesar 2015-2017 yaitu Maluku, Sumatra Utara, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.

Sementara lima jenis ikan tangkap di laut yang memiliki tren produksi terbesar 2015-2017 yaitu cakalang, tongkol, kakap, kembung, dan udang.

Sedangkan lima provinsi yang memiliki tren produksi perikanan budi daya terbesar 2015-2017 yaitu Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.

Selanjutnya, lima jenis ikan budi daya yang memiliki tren produksi terbesar 2015-2017 yaitu rumput laut, nila, lele, udang, dan bandeng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper