Google Loon Tak Kunjung Mengudara, Kenapa?

Duwi Setiya Ariyanti
Kamis, 27 September 2018 | 08:40 WIB
Google Loon/Wikimedia Common
Google Loon/Wikimedia Common
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah, Google, dan operator seluler beberapa tahun yang lalu sempat mewacanakan penggunaan Google Loon untuk memberikan akses internet ke wilayah terpencil. Sayangnya, sampai saat ini “BTS melayang” tersebut tidak kunjung mengudara.

Direktur Penataan Sumber Daya Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Denny Setiawan, mengatakan pemerintah telah menyediakan frekuensi untuk penerapan high altitude platform station (HAPS). Menurutnya, uji coba juga pernah dilakukan melalui sebuah balon pada 2016. Selain itu, izin untuk menggunakan frekuensi 900 MHz telah dikeluarkan bagi Google Loon namun hingga kini belum terealisasi. 

Adapun, HAPS atau platform yang masuk kategori saluran terestrial ini bisa memenuhi kebutuhan jaringan internet dari udara ke daratan dengan akses poin ke poin. Menurutnya, dari sisi kebutuhan memang ada karena bisa diterapkan di perdesaaan agar bisa mengakses jaringan 4G. Dari sisi waktu tunda disebutkan bakal lebih kecil dibandingkan dengan satelit karena jaraknya yang lebih pendek ke daratan. 

Sayangnya, hingga saat ini belum ada satu pun teknologi HAPS yang beroperasi secara komersial. Di sisi lain, dia menyebut beberapa perusahaan seperti Airbus, Facebook dan Google telah mengembangkan HAPS.

Seperti diketahui kerja sama untuk menerbangkan balon Google telah disepakati tiga operator seluler yakni Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata. Kerja sama yang disepakati pada Oktober 2015 itu belum terlaksana akibat terganjal izin dari aturan perhubungan udara. 

Sambil menanti teknologinya terbukti, pihaknya tengah mengkaji dampak yang ditumbulkan bila pengoperasian HAPS menggunakan spektrum frekuensi yang telah digunakan. 

"Kami masih kaji untuk sharing frekuensinya," ujarnya dalam acara seminar tentang Konektivitas Internet Pedesaan di Masa Depan: Peluang dan Tantangan di Jakarta, Selasa (25/9/2018).

Kajian dilakukan agar ketika teknologi siap, pihaknya bisa mengakomodasi kebutuhan internet dengan biaya yang lebih murah. Pasalnya, bila dibandingkan dengan satelit, investasi untuk HAPS akan lebih murah sehingga harga layanan yang diberikan kepada pengguna akhir pun bakal lebih rendah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper