Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Tahapan Agar Penggunaan Biodiesel 20% Lebih Masif

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan peningkatan penggunaan biodiesel mampu menekan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) sehingga dapat mengurangi anggaran belanja negara, dan tahapan pelaksanaannya harus segera dilakukan termasuk pengujian biofuel dengan campuran lebih tinggi seperti B30 dan B50.
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis solar pada kendaraan di SPBU Coco, Kuningan, Jakarta, Jumat (31/8/2018). Pemerintah melalui badan usaha penyedia BBM dan produsen bahan bakar nabati menerapkan program pelaksanaan kewajiban pencampuran penggunaan biodiesel sebanyak 20 persen pada BBM segera dilaksanakan mulai Sabtu (1/9/2018)./Antara-Aprillio Akbar
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis solar pada kendaraan di SPBU Coco, Kuningan, Jakarta, Jumat (31/8/2018). Pemerintah melalui badan usaha penyedia BBM dan produsen bahan bakar nabati menerapkan program pelaksanaan kewajiban pencampuran penggunaan biodiesel sebanyak 20 persen pada BBM segera dilaksanakan mulai Sabtu (1/9/2018)./Antara-Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan peningkatan penggunaan biodiesel mampu menekan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) sehingga dapat mengurangi anggaran belanja negara, dan tahapan pelaksanaannya harus segera dilakukan termasuk pengujian biofuel dengan campuran lebih tinggi seperti B30 dan B50.

"Peningkatan konsumsi biodiesel nasional akan semakin menekan impor BBM sekaligus meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan dan menghemat devisa," kata Deputi Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material BPPT, Eniya L Dewi dalam acara Dialog Nasional Biofuel, di Jakarta, Selasa (26/9/2018).

Eniya mengatakan pertumbuhan kebutuhan energi terus meningkat dengan rata-rata tujuh persen per tahun, namun kondisi itu belum diimbangi dengan pasokan energi yang cukup.

"Ketergantungan terhadap energi fosil khususnya minyak bumi masih tinggi sedangkan cadangannya semakin terbatas dan harganya sangat berfluktuasi," tuturnya.

Dia menuturkan pemenuhan kebutuhan energi fosil khususnya BBM masih dipenuhi melalui impor. "Produksi minyak bumi menurun, sementara konsumsi BBM meningkat. Hal ini yang menyebabkan impor BBM pun terus meningkat. Bahkan cenderung melemahkan nilai tukar rupiah," ujarnya.

Dia mengatakan besarnya subsidi BBM selama ini telah berdampak negatif pada neraca perdagangan dan neraca pembayaran. Nilai subsidi itu seharusnya bisa dialokasikan untuk pembiayaan agenda pembangunan lain seperti infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan.

Di sisi lain, Eniya menuturkan seiring peningkatan kebutuhan biodiesel nasional maka perlu dipikirkan pasokan metanol yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Dia mendorong agar pabrik produksi methanol berkembang dalam negeri.

Lebih lanjut dia mengatakan implementasi B20 sejauh ini berhasil meskipun ada beberapa kendala dalam penanganan selama transportasi dan penyimpanan, sehingga diperlukan adanya suatu standar transportasi dan sistem penyimpanan yang dapat menjamin kualitas dan kontinuitas penyediaan dan penerapan B20.

Untuk itu, menurut dia, di dalam implementasi standar tersebut diperlukan adanya suatu pendampingan teknis dari lembaga atau institusi yang berkompeten dan mendapatkan penugasan dari pemerintah.

Sesuai dengan peta jalan penerapan bahan bakar nabati (BBN) di Indonesia, maka tes penggunaan bahan bakar B30 sebaiknya segera dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan seperti Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, BPPT, Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, Himpunan Industri Alat Berat Indonesia pada mesin kendaraan.

"Dan apabila hasilnya memenuhi persyaratan yang ditentukan maka sebaiknya segera diimplementasikan," ujar Eniya. Selain itu, dia mengatakan aplikasi bahan bakar B50 dan PPO50 bisa mulai digunakan pada mesin diesel medium speed ke bawah (PLTD) dengan memperhatikan viskositas yang setara dengan HSD.

Eniya menuturkan perlunya dipersiapkan kajian pajak untuk bahan bakar fosil dan energi terbarukan khususnya pada biofuel dan BBM. Untuk jangka panjang, perlu dilakukan kajian mesin ("engine") untuk penggunaan B0 sampai B100. Kemudian, upaya untuk pengembangan produksi bahan bakar hijau dari bahan baku sawit harus diakselerasi dengan memperhatikan skala ekonomis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Fajar Sidik
Sumber : antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper