Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata optimistis target penghasilan devisa US$17 juta pada 2018 akan tercapai.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan perolehan devisa hingga Juli 2018 telah mencapai US$9 juta, sedangkan pada Juli sendiri menyumbang US1,5 juta.
"Artinya, kalau di sisa bulan-bulan bisa mencatat Rp1,5 juta, maka pencapaian hingga akhir tahun akan mencapai Rp16,5 juta, dan kami tidak akan tidur utnuk mengejar US$500.000," katanya dalam pidato Rakornas Pariwisata kemenpar, di Jakarta, Kamis (26/9/2018).
Arief yahya menyatakan, hal target tersebut akan semakin mudah dapat tercapai, karena pemerintah selalu masukkan sektor pariwisata sebagai unggulan yang masuk kedalam rencana kerja pemerintah (RKP).
Adapun, pertumbuhan sektor pariwisata mencapai 22%, lebih tinggi dari pertumbuhan rata-rata di Asean yang hanya 7% dan dunia 6,4%.
Pada kesempatan yang sama Arief memaparkan, Kementerian Pariwisata menyatakan membutuhkan investasi sebesar Rp500 triliun sempai 2024 untuk pengembangan 10 Destinasi Wisata Prioritas.
Dia mengatakan dana tersebut merupakan total dana yang diperlukan, dan tidak hanya berasal dari pemerintah semata.
"Rp500 trilun adalah kebutuhan sampai 2024. [Itu hanya perkiraan] karena saya tidak dapat menghitung dengan tepat."
Adapun, dana tersebut akan diperuntukan untuk pembiayaan pariwisata senilai Rp295 triliun, yakni berasal dari pemerintah Rp10 triliun dan swasta Rp285 triliun.
Selain itu, investasi pariwisata senilai Rp205 triliun, yakni berasal dari pemerintah Rp170 triliun dan swasta Rp35 triliun.
Lebih rinci, belanja investasi pariwsata tersebut berasal dari Kementerian PUPR Rp32,5 triliun, Kementerian Perhubungan Rp77,3 triliun, PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II Rp56 triliun, Kementerian Kominfo Rp0,05 triliun, DAK Pariwisata Rp1 triliun dan Kementerian Pariwisata Rp3 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel