Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelaku Usaha Minta Aturan Tarif Bawah Harga Industri e-commerce

Aturan main industri e-commerce perlu dibuat seiring rencana Amazon.com yang akan menanamkan investasinya di Indonesia.

Bisnis.com, JAKARTA - Aturan main industri e-commerce perlu dibuat seiring rencana Amazon.com yang akan menanamkan investasinya di Indonesia.

Seperti diketahui, Amazon bakal menggelontorkan Rp14 triliun untuk berinvestasi di Indonesia dalam waktu 10 tahun ke depan. Investasi mereka diawali dengan sistem layanan penyimpanan awan (cloud services) oleh anak usaha Amazon yakni  Amazon Web Service (AWS).

Ketua umum Asosiasi E- Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung mengatakan masuknya Amazon ke Indonesia tentu berdampak positif pada industri e-commerce Tanah Air.

Pasalnya, pilihan konsumen akan lebih banyak untuk berbelanja secara online.

"Memang tak dipungkiri, masuknya Amazon ini membuat industri e-commerce Tanah Air makin ketat persaingannya, kue marketnya jadi makin kecil dan kompetitif. Ini tentu juga menciptakan kepercayaan konsumen pada industri e-commerce," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (21/9). 

Kendati demikian, Ignatius meminta agar pemerintah mengatur tarif batas bawah harga produk di industri e-commerce di Indoneisa. Banyaknya pemain e-commerce Tanah Air berdampak pada adanya persaingan harga antar pemain toko daring ini.

Memang dalam jangka waktu dekat, konsumen diuntungkan dengan harga murah yang diberikan oleh para pemain e-commerce, namun dalam jangka waktu panjang akan terbentuk stigma konsumen akan mencari harga yang murah di platform digital ini.

Selama ini, untuk memberikan harga yang murah produk di e-commerce, para pemain industri memberikan subsidi berupa diskon harga. 

Prinsipnya agar produk tersebut terjual meski harus mengalami kerugian maupun untung yang tak banyak.

"Persaingannya akan enggak sehat karena antar pemain akan menurunkan harga dengan memberikan subsidi atau diskon, kasian pemain lokal yang modalnya enggak besar. Ini perlu diatur tarif batas bawah harga di e-commerce seperti harga tiket maskapai," tutur Ignatius. 

Rumusan aturan tarif batas bawah harga produk industri e-commerce bisa berupa harga tetap atau dalam bentuk formula penghitungan sehingga persaingan industri pun tetap sehat.

Senada, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta juga meminta agar pemerintah mengeluarkan aturan perdagangan online agar persaingan lebih kompetitif.

Selama ini, terkait harga dan kualitas produk barang yang dijual secara daring tak pernah diatur sehingga kualitas produk menjadi tak terjamin.

"Harus ada aturan main baik harga dan kualitas produk. Selama ini kan toko retail offline saja yang diatur. Online belum diatur sehingga kompetitif," katanya.

Dia menambahkan masuknya kembali pemain asing Amazon tak akan berdampak pada peritel Tanah Air. Pasalnya peritel offline pun saat ini memiliki jaringan online untuk mempromosikan produk jualannya dan sebagai bentuk adaptasi pasar.

Pada tahun lalu, total nilai pasar ritel Tanah Air mencapai US$320 juta, namun yang baru dicapai industri e-commerce sekitar US$4,89 juta.

"Industri ritel akan tetap hidup di tengah gempuran e-commerce," ucap Tutum.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan masuknya Amazon ke Indonesia tentu sangat menguntungkan konsumen karena terdapat pilihan berbelanja.

Selain itu, bagi produsen produk pun memiliki banyak pilihan dalam mendistribusikan produk mereka.

"Penetrasi pasar e-commerce di Indonesia akan makin besar dengan masuknya Amazon ini," ujarnya.

Kendati demikian, Hariyadi meminta agar pemerintah mengatur payment gateway untuk e-commerce dan rencana Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) segera diterapkan.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani menambahkan investasi Amazon di Indonesia juga harus menggandeng kemitraan dengan perusahaan lokal.

"Tentu seperti Tokopedia, Buka Lapak ini akan berpengaruh dengan masuknya Amazon. Pemerintah harus evaluasi dulu dampak ke perusahaan lokal Tanah Air seperti apa" katanya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper